METABOLISME BILIRUBIN
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati.
Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site). Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis
KONSEP DASAR
Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
1.Timbul pada hari kedua-ketiga
2.Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
4.Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
5.Ikterus hilang pada 10 hari pertama
6.Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemi
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
CARA KERJA
1. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.
2. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi.
3. Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu.
4. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia.
5. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu
6. Dari empedu kemudian diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
7. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
8. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
KRITERIA ALAT
1. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
2. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
3. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
4. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes .
PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI
Persiapan Unit Terapi sinar
1. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga suhu di bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C.
2. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
3. Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering):
a. Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
b. Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih bisa berfungsi.
4. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi
Pemberian Terapi sinar
1. Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
a. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
b. Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
2. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip.
3. Balikkan bayi setiap 3 jam
4. Pastikan bayi diberi makan:
5. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum, paling kurang setiap 3 jam:
6. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata
7. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
8. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah), tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi masih diterapi sinar .
9. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar .
10. Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.
11. Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan:
12. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar .
13. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)
14. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C - 37,5 0C.
15. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:
16. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13mg/dL
17. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar, persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
18. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
19. Setelah terapi sinar dihentikan:
20. Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis.
21. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar.
22. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
23. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Kekurangan volume cairan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan yang berlebihan (penguapan)
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan terpajan lingkungan panas (jangka panjang)
3. Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan
4. Resiko gangguan pelekatan orang tua/anak b.d bayi/anak sakit tidak mampu mengawali kontak dengan orang tua secara efektif
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx keperawatan à Resiko Kekurangan volume cairan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan yang berlebihan (penguapan)
2. Tujuan: defisit volume cairan akan dicegah dibuktikan dengan status hidrasi adekuat, asupan cairan adekuat.
3. Intervensi
a. Pantau TTV setiap 4 jam
b. Peningkatan asupan cairan melalui oral sebanyak 10%
c. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI tiap 3 jam
d. Hitung balance cairan
e. Kolaborasi pemberian terapi intra vena
Selasa, 26 Februari 2008
PRINSIP AMBULASI UNTUK PASIEN
Mekanik tubuh penting bagiperawat dan klien. Hal ini mempengaruhi kondisi kesehatan mereka. Mekanik tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan. Gaya berat dan friksi dapat mempengaruhi gerak tubuh. Jika digunakan dengan benar kekuatan ini dpaat meningkatkan efisiensi kerja perawat
PRINSIP-PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH PERAWAT DALAM MEMBANTU PASIEN EMBULASI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk bantuan yang adekuat. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi
2. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
3. Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir
4. Fleksikan lutut, buat kakai tetap lebar
5. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
6. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
7. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
8. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
9. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin seseorang dengan menghitung sampai tiga
PRINSIP-PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH PERAWAT DALAM MEMBANTU PASIEN EMBULASI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk bantuan yang adekuat. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi
2. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
3. Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir
4. Fleksikan lutut, buat kakai tetap lebar
5. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
6. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
7. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
8. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
9. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin seseorang dengan menghitung sampai tiga
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
BODY ALIGNMENT
Susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignmen baik akan meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian otot, tendon, ligamen.
Postur tubuh seseorang adalah salah satu hal yang harus dikaji untuk melihat.
- Status kesehatan
- Fisikal fitness
- Daya tarik seseorang.
Postur tubuh dapat menunjukkan:
- perasaan hati
- Harga diri
- Kepribadian.
Prinsip-prinsip body alignment
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of support.
2. The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan keseimbangan lebih besar.
3. Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
4. The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubaan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6. Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri kelelahan otot dan kontraktur.
7. Karena struktur enatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara individual dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8. Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament ketika body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-hati.
Faktor yang mempengaruhi Body Alignmnet:
1. Status kesehatan
2. Nutrisi
3. Emosi
4. Faktor social
5. Gaya hidup (life style)
6. Perilaku dan nilai-nilai
7. Hidrasi pasien
Petunjuk Posisi Pasien di tempat tidur
1. Yakin bahwa kasur pas untuk pasien tidak terlalu keras/lembut dan dapat menyokong body curvature
2. Menjamin body alignment yang baik mencegah stress pada otot-otot dan persendian pasien. Dapat dicapai dengan menggunakan support devices pada daerah yang perlu disupport.
3. tidak semua pasien memerlukan support identik
4. Rencanakan jadwal yang sistematik untuk perubaan posisi selama 24 jam.
5. Memberikan support devices untuk daerah-daerah yang tertekan
6. yakin bahwa dasar dari temtat tidur bersih, kering dan licin.
7. Yakin bahwa bagian ekstremitas dapat bergerak bebas.
8. Yakin bahwa sikut, pinggul dan lutut sedikit fleksi untuk mempertahankan body alignment.
9. Support natural body curvature tubuh baik.
10. Hindari meletakan sala satu bagian tubu terutama dengan body prominincis, langsung pada bagian atas yang lainnya.
11. Mencegah penekanan yang berlebian pada permukaan poplitea untuk mencegah gangguan pada nervus dan pembuluh darah disekitar itu.
12. Menggunakan support devices untuk mempertahankan alignment.
13. Sebelum merubah posisi pasien kaji kemampuan pasien untuk bergerak dan minta bantuan orang lain jika diperlukan.
14. Melakukan latihan ROM
15. Membuat jadwal perhari untuk latihan, ekstensi untuk mencegah fleksi.
16. Gunakan metoda yang sesuai untuk menggerakkan ekstremitas pasien.
17. Selalu memberikan informasi sebelum melakukan prosedur.
Body Alignment yang baik dapat:
• Meningkatkan fungsi tangan yang baik
• Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
• Mengurangi kelelahan
• Memperlyas ekspansi paru
• Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal
Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment
1. Gravity
• Gravity adalah atraksi timbale balik antara tubuh dan bumi.
• Pusat gravity: titik pusat seluruh massa dari suatu objek.
• The line of gravity: imaginary garis vertical melalui pusat gravity suatu objek.
• The base of support: fondasi dimana seseorang sedang istirahat.
2. Pontural reflek dan Apposing Muscles Group.
Action dari otot postural yang terus menerus menyokong seseorang pada posisi tegak melawan gravity.
• Otot ekstensor: otot-otot anti gravity.
• Kontraksi otot-otot menyokong posisi tegak disebut postural tonus.
• Numorous postural/Righting reflek merangsang dan mempertahankan postural tonus adalah:
a. Labyrithing sense
b. Tonicneel-righting reflex.
c. Actual oroptic reflex
d. Propoceptor or kinesthetic sense.
e. Extensor or anti gravity (stretum) reflex
f. Plantar reflex.
3. Perubahan postur
4. Struktur anatomy individu yang berbeda.
PENGKAJIAN
• Pengkajian body alignment meliputi inspeksi pasien pada saat berdiri, duduk atau tiduran.
• Perawat juga harus memeprtimbangkan factor perkembangan dan faktor lain yang mempengaruhi body alignment.
• Mereview catatan lesehatan pasien untuk menentukan masalah keperawatan dan medis baik yang lalu maupun yang sekarang.
Tujuan dari pengkajian Body Alignment adalah:1. Menentukan perubahan normal akibat dari tumbang
2. Mengidentifikasi postur tubuh yang jelek.
3. Mempelajari kebutuhan untuk mempertahankan postur tubu ang baik.
4. Mengidentifikasi kelemahan otot dan kerusakan motorik lainnya.
Kriteria mengkaji alignment pada saat berdiri:
Perawat harus memangdang pasien dari enterior, lateral, dan posterior sehingga posisi yang tidak dialami/biasa atau kaku dapat dihindari.
Kriteria mengkaji alignment pada saat duduk
Untuk mengkaji alignment pada saat duduk perawat memandang pasien dari arah lateral pada pasien orang dewasa alignment pada saat duduk kepala dan panggul sama dengan posisi berdiri.
PERENCANAAN
Tujuan:
1. Mempertaankan body alignment yang baik
2. Pada individu yang mempunyai body alignment yang jelek:
a. Memperbaiki body alignment pada tingkat yang optimal
b. Mencegah kontraktur, memperluas ekspansi dada serta mencegah terjadinya komplikasi aibat body alignment yang jelek.
INTERVENSI
Untuk masalah standing alignment:
• Jika kontraktur fleksi pada spina servikal: cegah kontraktur yang lebi lanjut lurangi kontraktur yang ada
• Jika tidak mengalami kontraktur: cegah jangan sampai terjadi ontraktur
• Kondosis
• Latihan mengempeskan perut
• Latihan menguatkan dan menyokong otot-otot tulang belakang yang menyokong spina lumbaris dan otot-otot abdomen
Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik:
• Berjalan
• Berenang
Intervensi Untuk masalah pada sitting alignment:
• Duduk dikursi
• Duduk dikursi roda
• Duduk disamping tempat tidur mempengaruhi tulang belakang dan ekstremitas atas berhubungan dengan ukuran dan bentuk objek yang digunakan
Tempat duduk dan sandaran kursi harus aps utuk individu tersebut:
• Tempat duduk tidak terlalu tinggi
• Tempat duduk tidak terlalu rendah
• Sandaran kursi tidak terlalu jauh
EVALUASI
Body alignment dapat dengan mudah diobservasi dengan cara:
1. berdiri didepan pasien untuk mengevaluasi frontal plane pada saat berdiri dan duduk.
2. berdiri secara lateral untuk memandang sagital plane.
3. Menanyakan kepada pasien apakah merasa nyaman dengan posisi yang diambil
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek
2. Ganguan mobilitas fisik b.d kontraktur
3. Nyeri b.d cedera fisik.
Susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignmen baik akan meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian otot, tendon, ligamen.
Postur tubuh seseorang adalah salah satu hal yang harus dikaji untuk melihat.
- Status kesehatan
- Fisikal fitness
- Daya tarik seseorang.
Postur tubuh dapat menunjukkan:
- perasaan hati
- Harga diri
- Kepribadian.
Prinsip-prinsip body alignment
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of support.
2. The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan keseimbangan lebih besar.
3. Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
4. The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubaan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6. Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri kelelahan otot dan kontraktur.
7. Karena struktur enatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara individual dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8. Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament ketika body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-hati.
Faktor yang mempengaruhi Body Alignmnet:
1. Status kesehatan
2. Nutrisi
3. Emosi
4. Faktor social
5. Gaya hidup (life style)
6. Perilaku dan nilai-nilai
7. Hidrasi pasien
Petunjuk Posisi Pasien di tempat tidur
1. Yakin bahwa kasur pas untuk pasien tidak terlalu keras/lembut dan dapat menyokong body curvature
2. Menjamin body alignment yang baik mencegah stress pada otot-otot dan persendian pasien. Dapat dicapai dengan menggunakan support devices pada daerah yang perlu disupport.
3. tidak semua pasien memerlukan support identik
4. Rencanakan jadwal yang sistematik untuk perubaan posisi selama 24 jam.
5. Memberikan support devices untuk daerah-daerah yang tertekan
6. yakin bahwa dasar dari temtat tidur bersih, kering dan licin.
7. Yakin bahwa bagian ekstremitas dapat bergerak bebas.
8. Yakin bahwa sikut, pinggul dan lutut sedikit fleksi untuk mempertahankan body alignment.
9. Support natural body curvature tubuh baik.
10. Hindari meletakan sala satu bagian tubu terutama dengan body prominincis, langsung pada bagian atas yang lainnya.
11. Mencegah penekanan yang berlebian pada permukaan poplitea untuk mencegah gangguan pada nervus dan pembuluh darah disekitar itu.
12. Menggunakan support devices untuk mempertahankan alignment.
13. Sebelum merubah posisi pasien kaji kemampuan pasien untuk bergerak dan minta bantuan orang lain jika diperlukan.
14. Melakukan latihan ROM
15. Membuat jadwal perhari untuk latihan, ekstensi untuk mencegah fleksi.
16. Gunakan metoda yang sesuai untuk menggerakkan ekstremitas pasien.
17. Selalu memberikan informasi sebelum melakukan prosedur.
Body Alignment yang baik dapat:
• Meningkatkan fungsi tangan yang baik
• Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
• Mengurangi kelelahan
• Memperlyas ekspansi paru
• Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal
Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment
1. Gravity
• Gravity adalah atraksi timbale balik antara tubuh dan bumi.
• Pusat gravity: titik pusat seluruh massa dari suatu objek.
• The line of gravity: imaginary garis vertical melalui pusat gravity suatu objek.
• The base of support: fondasi dimana seseorang sedang istirahat.
2. Pontural reflek dan Apposing Muscles Group.
Action dari otot postural yang terus menerus menyokong seseorang pada posisi tegak melawan gravity.
• Otot ekstensor: otot-otot anti gravity.
• Kontraksi otot-otot menyokong posisi tegak disebut postural tonus.
• Numorous postural/Righting reflek merangsang dan mempertahankan postural tonus adalah:
a. Labyrithing sense
b. Tonicneel-righting reflex.
c. Actual oroptic reflex
d. Propoceptor or kinesthetic sense.
e. Extensor or anti gravity (stretum) reflex
f. Plantar reflex.
3. Perubahan postur
4. Struktur anatomy individu yang berbeda.
PENGKAJIAN
• Pengkajian body alignment meliputi inspeksi pasien pada saat berdiri, duduk atau tiduran.
• Perawat juga harus memeprtimbangkan factor perkembangan dan faktor lain yang mempengaruhi body alignment.
• Mereview catatan lesehatan pasien untuk menentukan masalah keperawatan dan medis baik yang lalu maupun yang sekarang.
Tujuan dari pengkajian Body Alignment adalah:1. Menentukan perubahan normal akibat dari tumbang
2. Mengidentifikasi postur tubuh yang jelek.
3. Mempelajari kebutuhan untuk mempertahankan postur tubu ang baik.
4. Mengidentifikasi kelemahan otot dan kerusakan motorik lainnya.
Kriteria mengkaji alignment pada saat berdiri:
Perawat harus memangdang pasien dari enterior, lateral, dan posterior sehingga posisi yang tidak dialami/biasa atau kaku dapat dihindari.
Kriteria mengkaji alignment pada saat duduk
Untuk mengkaji alignment pada saat duduk perawat memandang pasien dari arah lateral pada pasien orang dewasa alignment pada saat duduk kepala dan panggul sama dengan posisi berdiri.
PERENCANAAN
Tujuan:
1. Mempertaankan body alignment yang baik
2. Pada individu yang mempunyai body alignment yang jelek:
a. Memperbaiki body alignment pada tingkat yang optimal
b. Mencegah kontraktur, memperluas ekspansi dada serta mencegah terjadinya komplikasi aibat body alignment yang jelek.
INTERVENSI
Untuk masalah standing alignment:
• Jika kontraktur fleksi pada spina servikal: cegah kontraktur yang lebi lanjut lurangi kontraktur yang ada
• Jika tidak mengalami kontraktur: cegah jangan sampai terjadi ontraktur
• Kondosis
• Latihan mengempeskan perut
• Latihan menguatkan dan menyokong otot-otot tulang belakang yang menyokong spina lumbaris dan otot-otot abdomen
Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik:
• Berjalan
• Berenang
Intervensi Untuk masalah pada sitting alignment:
• Duduk dikursi
• Duduk dikursi roda
• Duduk disamping tempat tidur mempengaruhi tulang belakang dan ekstremitas atas berhubungan dengan ukuran dan bentuk objek yang digunakan
Tempat duduk dan sandaran kursi harus aps utuk individu tersebut:
• Tempat duduk tidak terlalu tinggi
• Tempat duduk tidak terlalu rendah
• Sandaran kursi tidak terlalu jauh
EVALUASI
Body alignment dapat dengan mudah diobservasi dengan cara:
1. berdiri didepan pasien untuk mengevaluasi frontal plane pada saat berdiri dan duduk.
2. berdiri secara lateral untuk memandang sagital plane.
3. Menanyakan kepada pasien apakah merasa nyaman dengan posisi yang diambil
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek
2. Ganguan mobilitas fisik b.d kontraktur
3. Nyeri b.d cedera fisik.
PEMBUATAN BUBUR TEMPE
MEMBUAT BUBUR TEMPE
Pengertian :Membuat bubur dengan bahan dasar tempe
Indikasi :Diberikan pada anak diare
Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan criteria :
a. Makanan mudah dicerna
b. Mudah diabsorbsi
c. Angka kecukupan gizi E: 179.2 kal, P : 6.54 gr, L: 6.175 gr, Kl : 25.21 gr, FE : 3.13 gr
d. Mudah diperoleh
e. Mudah diolah
f. Biaya murah
Petugas :Ahli Gizi dan Perawat
Persiapan pasien
Kaji status nutrisi pasien meliputi :
a. Pengukuran antropometric
b. Data biokimiawi ( data laboratorium )
c. Tanda – tanda klinis status nutrisi
d. Riwayat diet
Persiapan alat
Alat penghalus ( missal blender )
Kompor
Alat pengukus ( missal dandang )
Panci
Mangkok
Sendok
Persiapan bahan Tepung beras : 15 gr
Tempe 3 gr
Mentega/minyak sayur/minyak kedelai : 5 gr
Gula pasir 10 gr
Garam secukupnya
Prosedur
1. Tempe dikukus / direbus, kemudian dihaluskan dengan blender
2. Tepung beras, gula, mentega / minyak, air, dimasukkan jadi satu ke dalam panci dan dibuat bubur
3. Tempe yang sudah halus dicampur ke dalam adonan nomor 2 kemudian diaduk sampai masak
4. Siap dihidangkan
Sumber Pedoman Pelaksanaan Administrasi dan Managemen Instalasi Gizi RSU Muntilan Kab. Dati II Magelang , 1997
Pengertian :Membuat bubur dengan bahan dasar tempe
Indikasi :Diberikan pada anak diare
Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan criteria :
a. Makanan mudah dicerna
b. Mudah diabsorbsi
c. Angka kecukupan gizi E: 179.2 kal, P : 6.54 gr, L: 6.175 gr, Kl : 25.21 gr, FE : 3.13 gr
d. Mudah diperoleh
e. Mudah diolah
f. Biaya murah
Petugas :Ahli Gizi dan Perawat
Persiapan pasien
Kaji status nutrisi pasien meliputi :
a. Pengukuran antropometric
b. Data biokimiawi ( data laboratorium )
c. Tanda – tanda klinis status nutrisi
d. Riwayat diet
Persiapan alat
Alat penghalus ( missal blender )
Kompor
Alat pengukus ( missal dandang )
Panci
Mangkok
Sendok
Persiapan bahan Tepung beras : 15 gr
Tempe 3 gr
Mentega/minyak sayur/minyak kedelai : 5 gr
Gula pasir 10 gr
Garam secukupnya
Prosedur
1. Tempe dikukus / direbus, kemudian dihaluskan dengan blender
2. Tepung beras, gula, mentega / minyak, air, dimasukkan jadi satu ke dalam panci dan dibuat bubur
3. Tempe yang sudah halus dicampur ke dalam adonan nomor 2 kemudian diaduk sampai masak
4. Siap dihidangkan
Sumber Pedoman Pelaksanaan Administrasi dan Managemen Instalasi Gizi RSU Muntilan Kab. Dati II Magelang , 1997
IMUNISASI PADA ANAK
IMUNISASI PADA ANAK
PENDAHULUAN
Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama, budaya, pembiasaan dispiplin yang konsisten, serta upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.
PENGERTIAN
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memebrikan imunitas (kekebalan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan imunisasi:
tanyakan pada orang tua tentaang:
a. status kesehatan sat ini
b. pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
c. penyakit sekarang dan masa lalu
jelaskan pada orang tua tentang penyakit yang dpat dicegah dngan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu.
catatan imunisasi yang lalu
pemberian imunisasi harus didasari oleh adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit
kontraindikasi pemberian imunisasia:
a. Flu berat atau panas tinggi
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c. Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan system imn (sitostatika, tranfusi darah, dan immunoglobulin)
d. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.
Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :
a. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas tinggi.
b. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
c. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
d. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.
JENIS IMUNITAS
1. Imunitas Aktif
Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus yang menghasilkan antibody dan kekebalan seluler, biasanya bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif
Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu:
a. Kekebalan aktif didapat
Yaitu kekebalan yang didapat secara alami (naturally acquired). Misalnya anak yang terkena difteri tau poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut.
b. Kekebalan aktif dibuat
Yaitu kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (kuman yang masih hidup namun dilemahkan). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan system kekebalan tubuh untuk menghasilkan respon imun. Hasil yang diproduksi akan sama dengan kekebalan seseorang yang mendapat penyakit btersebut secara alamiah.
2. Imunitas Pasif
Imunitas pasif adalah pemberian antibody yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi pelindungan terhadap penyakit infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang setelah beberapa minggu atau bulan.
Kekebalan pasif menurut terbentuknya:
a. Kekebalan pasif bawaan (passive congenital)
b. Pasif didapat (Passive Acquired)
Kekebalan pasif menurut lokalisasi dalam tubuh:
a. Imunitas humoral
Terdapat dalam imunoglobulin (Ig)
b. Imunitas seluler
Imunitas seluelr terdiri atas fagositosis oleh sel-sel retikuloendotelial.
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
1. TBC (TUBERCULOSIS)
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini "berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
2. DIFTERI
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
3. PERTUSIS
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
4. TETANUS
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.
Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
5. POLIO
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
6. CAMPAK
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih
7. HEPATITIS
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
8. INFLUENZA
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
9. DEMAM TIFOID
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian
KEADAAN-KEADAAN YANG TIMBUL SETELAH IMUNISASI
Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini:
1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 - 10 hari setelah penyuntikan.
PERAWATAN YANG DIBERIKAN SETELAH IMUNISASI
1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke puskesmas;
2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kempres dingin.
3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
PENDAHULUAN
Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama, budaya, pembiasaan dispiplin yang konsisten, serta upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.
PENGERTIAN
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memebrikan imunitas (kekebalan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan imunisasi:
tanyakan pada orang tua tentaang:
a. status kesehatan sat ini
b. pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
c. penyakit sekarang dan masa lalu
jelaskan pada orang tua tentang penyakit yang dpat dicegah dngan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu.
catatan imunisasi yang lalu
pemberian imunisasi harus didasari oleh adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit
kontraindikasi pemberian imunisasia:
a. Flu berat atau panas tinggi
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c. Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan system imn (sitostatika, tranfusi darah, dan immunoglobulin)
d. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.
Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :
a. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas tinggi.
b. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
c. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
d. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.
JENIS IMUNITAS
1. Imunitas Aktif
Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus yang menghasilkan antibody dan kekebalan seluler, biasanya bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif
Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu:
a. Kekebalan aktif didapat
Yaitu kekebalan yang didapat secara alami (naturally acquired). Misalnya anak yang terkena difteri tau poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut.
b. Kekebalan aktif dibuat
Yaitu kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (kuman yang masih hidup namun dilemahkan). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan system kekebalan tubuh untuk menghasilkan respon imun. Hasil yang diproduksi akan sama dengan kekebalan seseorang yang mendapat penyakit btersebut secara alamiah.
2. Imunitas Pasif
Imunitas pasif adalah pemberian antibody yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi pelindungan terhadap penyakit infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang setelah beberapa minggu atau bulan.
Kekebalan pasif menurut terbentuknya:
a. Kekebalan pasif bawaan (passive congenital)
b. Pasif didapat (Passive Acquired)
Kekebalan pasif menurut lokalisasi dalam tubuh:
a. Imunitas humoral
Terdapat dalam imunoglobulin (Ig)
b. Imunitas seluler
Imunitas seluelr terdiri atas fagositosis oleh sel-sel retikuloendotelial.
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
1. TBC (TUBERCULOSIS)
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini "berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
2. DIFTERI
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
3. PERTUSIS
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
4. TETANUS
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.
Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
5. POLIO
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
6. CAMPAK
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih
7. HEPATITIS
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
8. INFLUENZA
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
9. DEMAM TIFOID
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian
KEADAAN-KEADAAN YANG TIMBUL SETELAH IMUNISASI
Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini:
1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 - 10 hari setelah penyuntikan.
PERAWATAN YANG DIBERIKAN SETELAH IMUNISASI
1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke puskesmas;
2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kempres dingin.
3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
Jumat, 22 Februari 2008
Langganan:
Postingan (Atom)