Rabu, 31 Desember 2008

CARE WITH LOVE

“Care with love” ungkapan yang sederhana. Namun bila kita cermati akan memiliki makna yang mendalam khususnya bagi saudara-saudaraku perawat se tanah air, termasuk calon-calon perawat di Indonesia. Satu kata yang dapat dikatakan untuk menggambarkan seorang perawat  MULIA. Tepat sekali, profesi sebagi perawat yang selalu memberikan pelayanan bagi orang yang sakit sampai sembuh adalah pekerjaan yang mulia. Lakuakan pekerjan kita dengan perasaan bahagia, penuh kasih saying serta empati. Apalagi bila kita melakukannya dengan ikhlas dan mengharap ridho Alloh SWT niscaya indahnya surga sudah menanti kita.

So, jangan pernah menyesal menjadi perawat, TETAP SEMANGAT

MAJULAH PERAWAT INDONESIA

MENJADI BAHAGIA


Terkadang banyak orang saling bertanya, bagaimana perasaan Anda hari ini? Sebagian orang bisa menjawab dengan lantang, namun sebagian lagi akan sulit untuk menjawabnya. Kenapa demikian? Hal itu bisa disebabkan karena kita tidak mampu menguasi perasaan kita dan tidak mampu mengidentifikasi apa tujuan hidup kita dan apa yang kita perlukan untuk mencapainya.

Untuk menjadi orang yang bahagia tidaklah sulit. Tidak harus memiliki uang yang banyak, kedudukan yang tinggi, teman yang banyak ataupun rumah serta mobil yang mewah. Satu hal yang dapat membuat kita bahagia adalah
“BERGUNA BAGI ORANG LAIN”
Tentu saja berguna karena kemampuan kita, keahlian kita, ataupun pemikiran kita dalan hal positif. Ketika kita mampu menolong orang lain sampai orang lain bahagia, kita akan menjadi orang yang lebih bahagia.

So, manfaatkan waktumu untuk selalu berbuat kebaikan bagi semua orang di sekitarmu

JANGAN TAKUT GAGAL

Di pedalaman Lampung ada seorang petani yang menemukan anak gajah di ladangnya yang sepertinya tertinggal dari induknya. Dibawanya anak gajah itu ke rumah dan kemudian diikat dengan rantai kecil yang biasa dipakai untuk mengikat anjingnya. Karena tidak memiliki kandang, anak gajah inipun diikatkan pada sebatang pohon bambu di samping rumahnya. Naluri alamiah anak gajah ini memaksanya berontak untuk mencari kebebasan. Berkali2 dia berusaha lepas dari ikatan rantai itu tapi tidak juga bisa lepas.Dicoba lagi dan gagal lagi, dicoba lagi dan gagal lagi dan begitu seterusnya berulang dalam waktu yang cukup lama.

Waktu terus berlalu dan anak gajah pun tumbuh dewasa. Di sisi lain sang petani tidak pernah mengganti rantai pengikatnya dengan yang lebih besar dan lebih kuat, hanya dilonggarkan dan dilonggarkan. Secara logika, dengan kondisi anak gajah yang sekarang ini seharusnya bisa dengan lebih mudah membebaskan diri dari rantai kecil yang mengikatnya, tapi nyatanya tidak. Anak gajah ini sudah terlanjur memvonis dirinya gagal sehingga enggan untuk mencobanya lagi.

Apakah hari ini kita telah terlanjur memvonis diri ini gagal melakukan atau mendapatkan sesuatu?

MOTIVATION TODAY

Sungguh tak ada kebenaran dan kedamaian yang sejati kecuali yang datang dari Yang Maha Benar, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mengasihi……Allah SWT

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA ANAK

1. RIWAYAT KESEHATAN
A. Identitas Klien
1). Nama
2). Alamat
3). Nomor telepon
4). Tempat tanggal lahir / usia
5). Suku
6). Jenis Kelamin
7). Agama
8). Tanggal Pengkajian
B. Identitas Penanggung jawab
1). Nama
2). Alamat
3). Usia
4). Hubungan dengan klien
C. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien. Alasan utama klien untuk mencari bantuan profesional kesehatan.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita klien saat ini, dimulai dari awal keluhan muncul sampai saat pengkajian, disertai keluhan utama klien. Sajikan informasi dalam urutan sesuai dengan kronologinya, diruntut satu persatu dari awitan sampai saat pengkajian. Fokuskan pada alasan mencari bantuan sekarang terutama apabila masalah telah ada untuk beberapa lama.
1). Awitan
a. Tanggal awitan
b. Sifat Awitan
c. Faktor pencetus dan faktor predisposisi yang berkaitan dengan awitan
2). Karakteristik
a. Karakter (Kualitas, kuantitas, konsistensi, dll)
b. Lokasi dan radiasi
c. Intensitas dan keparahan
d. Frekuensi
e. Faktor yang memperberat dan menurunkan
f. Gejala yang berhubungan
3). Perjalanan sejak awitan
a. Insiden (serangan akut tunggal, serangan akut berulang, kejadian tiap hari, kejadian periodik, episode kronis)
b. Kemajuan (membaik atau memburuk)
c. Terapi yang sudah dilakukan dan Efek terapi
E. Riwayat Masa Lalu
Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera, atau prosedur pembedahan yang dialami klien sebelumnya.
1). Kehamilan (Ibu)
a. Jumlah (gravida)
b. Hasil (paritas)
c. Kesehatan selama kehamilan
d. Obat-obatan yang digunakan.
2). Persalinan
a. Durasi persalinan
b. Tipe melahirkan
c. Tempat melahirkan
d. Obat-obatan
3). Kelahiran
a. Berat dan panjang badan
b. Waktu peningkatan berat badan lahir
c. Kondisi kesehatan
d. Skor Apgar
e. Adanya anomali kongenital
f. Tanggal keluar dari perawatan
4). Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya
a. Awian, gejala, perjalanan, terinasi
b. Kekambuhan komplikasi
c. Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau dikomunitas
d. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya
e. Kejadian dan sifat cedera.
5). Alergi
a. Hay fever, asma, dan eksema
b. Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanaman, atau produk rumah tangga.
6). Genogram
7). Obat-obatan
Nama, dosis, jadwal, durasi, dan alasan pemberian.
8). Imunisasi
a. Nama, Jumlah dosis, usia saat diberikan
b. Kekambuhan reaksi
9). Pertumbuhan dan perkembangan
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini.
b. Gigi geligi (Usia pertumbuhan, tanggal gigi, jumlah, masalah dengan gigi)
c. Usia kontrol kepala, duduk tanpa dukungan, berjalan, kata-kata pertama
d. Tingkatan sekolah saat ini, prestasi di sekolah
e. Pemeriksaan perkembangan dengan Denver II
2. PENGKAJIAN FISIK (Head to toe)
A. Keadaan umum: kondisi klien secara umum, keletihan, penambahan atau penurunan berat badan, menggigil, kemampuian umum menjalankan aktivitas, dll.
B. Antropometri
1). Tinggi badan/panjang badan
a. Panjang badan digunakan pada anak dibawah 36 bulan: tempatkan anak telentang dengan kepala digaris tengah, pegang lutut dan dorong dengan perlahan kearah meja agar kaki ekstensi penuh, ukur panjang badan anak dari verteks (puncak) kepala sampai tumit kaki (jari kaki mengarah keatas).
b. Tinggi badan digunakan untuk anak diatas 36 bulan: pengukuran dilakukan dengan berdiri, lepaskan kaus kaki dan sepatu, minta anak berdiri tegak, punggung tegak, kepala digaris tengah, mata melihat lurus kedepan, ukur dari puncak kepala sampai permukaan berdiri.
2). Berat badan
a. Timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe platform, lindung bayi dengan menempatkan tangan diatas tubuh untuk mencegah jatuh.
b. Timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian dalam, tanpa sepatu pada timbangan tegak.
c. Periksa skala timbangan sebelum digunakan.
d. Beri alas kain pada timbangan tipe platform.


3). Lingkar kepala
a. Ukur dengan kertas atau pita tembaga dari puncak alis mata dan pinna telinga ketonjolan oksipital tengkorak
b. Pada saat lahir lingkar kepala melebihi lingkar dada 2-3 cm
c. Pada 1-2 tahun, limgkar kepla sama dengan lingkar dada
d. Selama masa anak-anak, lingkar dada melebihi lingkar kepala kira-kira 5-7 cm.
4). Lingkar dada
a. Lingkar dada diukur menggunakan midline melingkari dada pada garis puting susu.
b. Lakukan pengukuran selama masa inspirasi dan ekspirasi.
5). Lingkar lengan
a. Pengukuran lingkar lengan pada lengan kanan fleksi 900 pada siku, tandai titik tengahnya.
b. Pegang kertas atau pita ukur tembaga melingkari lengan atas pada titik tengah
C. Tanda-tanda Vital
Sebaiknya tanda-tandavital diukur saat kedaan anak tengan untuk memperoleh hasil yang akura. Libatkan anak dan keluarga selama pemeriksaan.
1). Suhu
a. Suhu oral: Letakkan dibawah lidah didalam kantong sublingual posterior kanan tau kiri, bukan didepan lidah, minta anak untuk tetap mengatupkan mulutnya tanpa mengigit termometer.
b. Suhu aksila: tempatkan termometer dibawah lengan dengan ujungnya dibagian tengan aksila dan dekatkan dengan kulit, tahan tangan anak untuk mejepitnya
c. Suhu rektal: Masukkan ujung termometer yang telah diberi pelumas tidak lebih dari 2,5 cm kedalam rektum, pegang termometer dengan hati-hati didekat anus
2). Nadi
a. Ukur nadi apikal pada anak dibawah 2-3 tahun
b. Titik intensitas maksimum terletak di bagian lateral sampai puting susu pada ruang intercosta keempatsampai kelima pada garis midklavikula
c. Ukur nadi radialis pada anakusia lebih dari 2-3 tahun
d. Hitung nadi selam satu enit penuh
e. Tingkatan nadi:
• Tingkat 0 : tidak dapat diraba
• Tingkat +1 : sulit untuk diraba, lemah, halus, mudah lenyap dengan tekanan
• Tingkat +2 : sulit diraba, dpat lenyap dengan tekanan
• Tingkat +3 : mudah diraba, tidak mudah hilang dengan tekanan (normal)
• Tingkat +4 : kuat, berdenyut, tidak hilang dengen tekanan.
3). Pernapasan
Observasi frekuensi pernapasan selama satu menit penuh. Observasi adanya gerakan abdomen pada bayi, dan obeservasi adanya gerakan thoraks pada anak yang lebih besar
4). Tekanan darah
Gunakan ukuran manset dan stetoskop yang tepat. Ukuran manset mengacu pada kantong bagian dalam yang dapat dikembungkan. Daerah yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah apda anak yaitu Lengan atas ( arteri brakhialis, lengan bawah atau lengan depan ( arteri radialis), paha (arteri poplitea), tungkai atau dorsalis pedis (arteri dorsalis pedis).
D. Kulit
Observasi kulit pada cahaya matahari atau sinar buatan yang netral
1). Warna: sklera, konjungtiva, pungung kuku, lidah mukosa mulut, telapak tangan, telapak kaki. Tentukan kulit terang (putih sampai kemerahan) dan kulit gelap.
2). Tekstur: kelembaban, kehalusan, integritas kulit, dan suhu.
3). Suhu: bandingkan di semua permukaan kulit ( normalnya sama diseluruh permukaan tubuh, pada bagian yang terpapar teraba lebih dingin).
4). Turgor: genggam kulit pada abdomen antara ibu jari dan jari telunjuk, tarik, da lepaskan. Tentukan bentuk dengan segera tanpa lengkungan, keriput, atau depresi berkepanjangan.
E. Struktur aksesori
1). Rambut: inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas, higiene
2). Kuku; inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas, higiene
3). Observasi lipatan fleksi pada telapak tangan.
F. Nodus Limfe
1). Palpasi nodus lemfe menggunakan bagian distal jari
2). Tekan dengan perlahan tapi tegas dengan gerakan melingkar
3). Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan.
4). Submaksilaris: tundukkan kepala sedikit kebawah
5). Servikal: tengadahkan kepala sedikit keatas
6). Aksila: rilekskan lengan disamping tapi sedikit terabduksi
7). Inguinalis: tempatkan anak pada posisi terlentan
8). Normalnya nodus limfe tidak dapat dipalpasi atau sangat kecil, tidak ada nyeri tekan, dapat digerakkan.
G. Kepala
1). Perhaikan bentuk dan kesimetrisan
2). Perhatikan kontrol kepala (terutama pada bayi) dan postur kepala
Wajah simetris, kepala pada garis tengah.
3). Evaluasi rentang gerak: gerakan kepala keatas, kebawah, kanan, dan kiri
4). Palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus, atau pembengkakan yang nyata.
Fontanel posterior menutup pada usia 2 bulan, fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan.
Periksa higiene kulit kepala akan adanya lesi, infestasi, trauma, kehilangan rambut, perubahan warna.
H. Leher
1). Inspeksi ukuran leher
2). Trakhea: palpasi adanya deviasi, letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada setiap sisi dan gerakkan jari kedepan dan kebelakang
3). Tiroid: palpasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, nyeri tekan. Tempatkan bantalan jari telunjuk dan jari tengah dibawah kartilago krikoid, rasakan ismus (jaringan penyambung lobus) naik ketika menelan.
4). Arteri karotis: palpasi di kedua sisi.
I. Mata
1). Inspeksi penempatan dan kesejajaran antar kedua mata
2). Bila abnormalitas dicurigasi, ukur jarak kedua kantus bagian dalam (+ 3 cm)
3). Observasi adanya kelebihan lipatan epikantus dari atap hidung sampai terminasi dalam alis mata (sering apda anak asia)
4). Observasi penempatan, gerakan dan warna kelopak mata
5). Inspeksi konjungtiva palpebra.
J. Telinga
1). Pinna : inspeksi penempatan dan kesejajaran
2). Ukur tinggi pinna dengn menarik garis imajiner dari orbit luar mata ke oksipital tengkorak
3). Ukur sudut pinna dengan menarik garis horisontal imajiner dan sejajarkan pinna setelah tanda ini ( berada dalam sudut 100 dari garis vertikal.
4). Perhatikan adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus.
5). Inspeksi higiene telinga (bau, rabas, warna)
K. Hidung
1). Vestibula Anterior: tengadahkan kepala kebelakang, dorong ujung telinga keatas, dan sinari lubang didung dengan sinar kilat untuk mendeteksi perforasi septum
2). Inspeksi struktur eksternal dan internal hidung
3). Inspeksi adanya discharge (sekret, warna)
L. Mulut
1). Bibir: perhatikan warna, tekstur dan lesi sebelumnya
2). Minta anak untuk membuka mulut, dengan tangan diangkat keatas disamping kepala, minta keliarga menjaga tangan anak dan immobilisasi kepala
3). Dapat dilakuakn didepancermin, dan libatkan anak dalam pemeriksaan
4). Hindarkan penggunaan spatel lidah bila tidak diperlukan.
5). Gunakan lampu senter untuk mendapatkan penyinaran yang baik
6). Observasi membran mukosa: merah muda terang, berkulaiu, halus, sama, dan lembab
7). Ginggiva: kuat, merah muda, kekuningan, berbintik-bintik.
8). Gigi: jumlah sesuai dengan usia, putih, oklusi rahang atas dan bawah baik
9). Lidah: tekstur kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai bibir, tidak ada lesi atau massa dibawah lidah.
M. Dada
1). Inspeksi ukuran, bentuk,kesimetrisan, gerakan dan perkembangan payudara
2). Lokalisasi ruang intercista
3). Puting biasanya pada intercosta ke-4
4). Ujung igi ke-11 teraba pada lateral
5). Ujung igi ke-12 teraba pada posterior
6). Ujung skapula pada iga atau intercosta ke-8
N. Paru
1). Kaji gerakan pernapasan: frekuesi, irama, kedalaman, kulaitas, dan karakter
2). Dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tang datar apd punggung dan dada engan ibu jari digaris tengah sepanjang tepi kostal bawah
3). Taktil fremitus: palpasi pada rongga torak dan minta anak untuk emngatakan “777” atau “eee”.
4). Perkusi kedua sisi dada pada ruang intercosta
a. Pekak pada garis midklavikular kanan intercosta kelima (hepar)
b. Pekak dari intercosta kedua-kelima diatas batas strernum kiri sampai garis midklavikular (jantung)
c. Timpani pada intercosta kelia kiri bawah (lambung)
5). Auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas, nada, kualitas, durasi relatis dari inspirasi dan ekspirasi. Anjurkan anak untuk napas dalam dengan meminta anak meniup bola kapas yang berada di telapak tangan
a. Bunyi napas vesikuler: dengarkan seluruh permukaan paru kecuali area intraskapular atas dan manubrium bawah, inspirasi lebih keras, lebih panjang, dan bernada lebih tinggi dari ekspirasi
b. Bunyi napas Bronkovesikuler: twerdengar pada area intraskapular atas dan manubrium, inspirasi dan ekspirasi hampir sama.
c. Bunyi napas Bronkhial: terdengar hanya diarea atas trakhea dekat takik suprasternal, ekspirasi lebih panjang, lebih keras, dan nada lebih tinggi dari pada inspirasi.
O. Jantung
1). Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan palpasi, kemudian auskultasi
2). Perkusi tidak dilakuakn karena nilainya yang terbatas dalam menggambarkan ukuran jantung
3). Inspeksi jantung dengna anak pada posisi semi fowler, observasi dinding dada dari sebuah sudut. Dinding dada simetris
4). Palpasi untuk menentukan lokasi impuls apikal (ictus kordis) yaitu impuls jantung paling lateral. Ictus cordis berada di lateral midklavikula sinistra dan intercosta ke-4 pada anak < 7 tahun. Pada anak . 7 tahun ictus cordis teraba pada garis midklavikula sinistra intercosta ke-5.
5). Palpasi kulit untuk waktu pengisian kapiler
6). Auskultasi bunyi jantung
a. Dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan bersandar
b. Gunakan stetoskop bagian diafragma dan bel dada
c. Kaji kualitas (jelas dan jernih), intensitas (kuat tetapi tidak mantap), frekuensi (sama dengan nadi radialis), irama (teratur dan datar).
d. Area aortik: ruang intercosta ke-2 dekstra para sternal. S2 terdengar lebih keras daripada S1
e. Area pulmonik: ruang intercosta ke-2 snistra para sternal. Pemecahan dari S2 yang terdengar paling baik (normalnya melebar pada inspirasi)
f. Titik Erb: ruang intercosta ke-3 dan ke-2 sinistra para sternal. Daerah murmur fungsional yang paling sering
g. Area apikal atau mitral: ruang intercosta ke-5, garis midklavikula sinistra 9ruang itercosta ke-3 sampaike-4 dan lateral pada garis midklavikula sinistra pada bayi). S1 terdengar paling keras, pemecahan S1 dapat didengarkan.
P. Abdomen
1). Inspeksi diikuti dengan auskultasi, perkusi, dan palpasi yang dapat merubah bunyi abnormal normal.
2). Bentuk silinder dan menonjol pada posisi tegak dan datar bila terlentang pada bayi.
3). Palpasi mungkin tidak nyaman untuk anak. Tempatkan anak pada posisi terlentang dengan kaki fleksi pada panggul dan lutut.alihkan perhatian anak dengan pernyataan seperti “saya akan menebak apa yang kamu makan dengan memegang perutmu”. Minta anak mempalpasi dengan menempatkan tangannya sendiri diatas tangan perawat yang memeriksa.
4). Minta anak menempatkan tangannya pada abdomen dengan jari meregang dan palpasi diantara jari-jari.
5). Inspeksi kontur, ukuran, dan tonus (tinus kuat, muskular pada pria remaja).
6). Kaji kondisi kulit (halus dan rapi)
7). Kaji gerakan abdomen. Pada anak dibawah 7-8 tahun meningkat pada inspirasi dan selaras dengan gerakan dada. Pada anak yang lebih besar gerakan pernapasan kurang.
8). Inspeksi umbilikus akan adanya herniasi, fistula, higiene, dan rabas.
9). Kaji adany hernia; inguinalis (urutkan jari kelingking ke cincin inguinalis eksternal didasar skrotum, minta anak untuk batuk0, femoralis ( tempatkan jari diatas kanalis femoralis, cari dengan meletakkan jari telunjuk diatas nadi femoralis dan jari tengah di kulit menghadap garis tengah).
10). Auskultasi bisig usus pulsasi aortik
a. Bising usus: bunyi gemerincing logam pendek seperti kumur-kumur, klik, atau terdengar menggeram setiap 10-30 detik
b. Pulsasi aortik: terdengar pada epigastrium, sedikit kekiri ke garis tengah.
11). Perkusi abdomen
a. Timpani pada lambung pada sisi kiri dan seluruh abdomen, kecuali untuk pekak atau datar tepat dibawah marjin kostal kanan (hepar)
12). Palpasi organ abdomen
a. Hepar: 1-2 jari dibawah marjin kostal kanan pada bayi dan anak kesil
b. Limpa : 1-2 cm dibawah maerjin kostal kiri pada bayi dan anak kecil
13). Palpasi nadi femoralis: tempatkan ujung 2-3 jari ditengah antara puncak iliaka dan simpisis pubis
14). Timbulkan reflek abdomen: regangkan kulit dari samping ke garis tengah pada setiap kuadran. Umbilikus bergerak kearah kuadran yang ditekan.
Q. Genitalia
1). Pemriksaan genitalia sama seperti pemeriksaan organ sebelumnya, jelaskan prosedur dan maknanya
2). Hargai privasi klien.
3). Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan sarung tangan.
4). Penis: inspeksi ukuran
a. Glans dan batang: inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan, lesi, inflamasi
b. Prepsium: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas
c. Meatus uretra: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas
d. Skrotum: inspeksi ukuran, lokasi, kulit, dan distribusi rambut. Mungkin tampak besar apda bayi, tergantung bebas dari peinium dibelakang penis, satu kantung tergantung lebih rendah dari yang lain, kulit kendur keriput, biasanya merah dan kasar apda remaja.
e. Testis: palpasi kantung skrotum dengan menggunakan ibu jari dan ajri telunjuk. Badan ovoid kecil panjangnya kira2 1,5-2 cm, berukuran ganda selama pubertas.
5). Genitalia eksterna: inspeksi struktur, tempatkan anak pada posisi setengah bersandar pada orang tua dengan lutut fleksi dan telapak kaki saling bersebelahan
a. Mons pubis: bantalan lemak diatas simpisis pubis, pada remaja tertutup rambut, distribusi rambut biasanya adalah triangular
b. Klitoris: terletak pada ujung anterior labia minora tertutup oleh lipatan kecil kulit (prepusium)

6). Labia: palpasi adanya massa
a. Labia mayora: dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada komisura posterior, permukaan dalam merah muda dan lembab
b. Labia minora: dua lipatan kulit interior pada labia mayora, biasanya dapat dilihat sampai pubertas, menonjol apda bayi baru lahir.S
7). Metus uretra: inspeksi terhadap lokasi, seperti bentuk V dengan meregangkan kearah bawah dari litoris ke perinium
8). Orifisium vaginalis: pemeriksaan interna biasanya tidak dilakukan, inspeksi terhadap lubang sebelumnya. Terletak apada posterior meatus uretra, dapat tertutup oleh memran berbentuk sabit atau sirkuler (himen), rabas biasanya jernih atau sirkuler.
9). Anus
a. Inspeksi penampilan umum, kondisi kulit
b. Bokong: lipatan padat, lipatan gluteal simetris
c. Reflek anal: munculkan dengan mengerutkan atau meregangkan area perianal dengan perlahan. Kontraksi cepat sfingter anal eksterna, tidak ada protusi rekstum.
R. Punggung dan Ekstremitas
1). Inspeksi kurvatura dan kesimetrisan tulang belakang. Pada bayi baru lahir berbentuk C atau bulat. Kurva sekunder servikal terbentuk kira-kira pada usia 3 bulan. Lordosis merupakan hal yang normal apda anak kecil tapi berkurang sesuai usia.
2). Uji adanya skoliosis. Bahu, skapula, dan puncak iliaka simetris
3). Observasi mobilitas tulang belakang. Fleksibel, rentang gerak penuuh, tidak ada nyeri atau kekakuan.
4). Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran (sama), suhu, warna, nyeri tekan, mobilitas, jumlah jari tepat, kuku merah muda.
5). Inspeksi posisi telapak kaki, uji apakah ada deformitas kaki apd saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan leh peegangan keluar
6). Inspeksi cara berjalan. Minta anak berjalan apda garis lurus
7). Kaji reflek plantar: usap telapak kai lateral dari tumit kedepan ke ibu jari kaki melewati haluks. Fleksi ibu jari kaki pada anak diatas usia 1 tahun.
8). Kaji kekuatan otot:
a. Lengan: minta anak mengangkat tangan sambil melawan tekanan dari tangan anda
b. Kaki: minta anak duduk dengan kaki menggantung, lanjutkan seperti pada tangan.
c. Telapak tangan: Minta anak meremas jari anda sekencang mungkin
d. Telapak kaki: minta anak memfleksikan plantar, dorong telapak kai kearah lantai sambil menekan telapak kaki.



DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. Buku Saku Pemeriksaan fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC 1997

Hidayat, Aiziz Alimul. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba Medika. 2006

Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996

Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC. 2003

Rabu, 05 November 2008

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Topik : diare
Sub topik: perawatan diare pada anak usia toddler
Tujuan :
1) Tujuan Umum:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan pendidikan kesehatan selama 1x 30 menit di harapkan keluarga dapat merawat pasien diare.
2) Tujuan Khusus : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan perawatan anak dengan diare 1x 30 menit keluarga mampu:
a. Menyebutkan kembali tentang pengertian diare pada anak
b. Menyebutkan kembali penyebab diare pada anak
c. Menjelaskan kembali klasifikasi diare pada anak
d. Menyebutkan kembali gejala diare pada anak
e. Menyebutkan kembali pencegahan diare pada anak
f. Mendemonstrasikan kembali cara pembuatan larutan gula garam dan oralit
g. Termotivasi untuk merawat anggota keluarga dengan diare
Sasaran : keluarga An.H (ayah dan ibu, nenek)
Metode : ceramah, tanya jawab, demonstrasi
Media : Lembar balik, leafleat, alat pembuatan LGG (Gelas 2, gula, garam, air matang, sendok teh, sendok makan)
Waktu : 1x 30 menit
Tempat : Ruang D3 Melati RSUD KAB KEBUMEN
Strategi Pelaksanaan
JAM/WAKTU TAHAP RESPON
5 menit Orientasi
• Memberi salam
• mengingatkan kontrak
• menjelaskan maksud dan tujuan
• menenyakan kesediaan
• Apersepsi
20 menit Kerja
• menjelaskan pengertian diare
• menjelaskan penyebab diare
• menjelaskan tanda diare
• menjelaskan klasifikasi diare
• mencelaskan pencegahan diare
• mendemonstrasikan pembuatan LGG
5 menit Terminasi
• melakukan evaluasi
• memberikan reward
• memberi salam penutup
Pelaksana : Perawat sita
Materi : terlampir
Evaluasi :
1) Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 2 hari sebelum penkes
c. Undangan untuk Peserta didik sudah disampaikan 3 hari sebelum penkes
d. Tempat sudah siap 2 jam sebelum penkes
e. SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes
2) Evaluasi proses
a. 75 % peserta didik datang tepat waktu
b. Peserta didik memperhatikan penjelasan perawat
c. Peserta didik aktif bertanya atau memberikan pendapat Media dapat digunakan secara efektif
3) Evaluasi Hasil
a. Sebutkan kembali tentang pengertian diare pada anak
b. Sebutkan kembali penyebab diare pada anak
c. Sebutkan kembali tentang klasifikasi diare pada anak
d. Sebutkan kembali gejala diare pada anak
e. Sebutkan kembali pencegahan diare pada anak
f. Demonstrasikan kembali cara pembuatan larutan gula garam dan oralit
g. Apakah peserta didik termotivasi untuk melakukan perawatan pada anak diare sesuai yang sudah diajarkan.



Materi
Asuhan Keperawatan Diare Pada Klien Bayi dan Anak

A. Definisi
• Hipokrates
– Diare sebagai BA yang tidak normal dan cair
• Bag Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM
– Buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih dari biasanya
• Neonatus, diartikan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali
• Bayi, diartikan diare bila frekuensi lebih dari 3 kali
( Ilmu Kesehatan Anak FKUI )
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
• Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak
Meliputi :
- Infeksi bakteri ( E.Coli,Vibrio,Salmonella, dll )
- Infeksi virus ( Entrovirus, Adenovirus, Rotavirus dll)
- Infeksi parasit ( Cacing, protozoa, jamur dll )
• Infeksi parenteral;infeksi bag tubuh lain diluar pencernaan (OMA, tonsilofaringitis dll )
2. Faktor malabsorbsi
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, shg timbul diare.
3. Faktor makanan
• Faktor makanan; makanan yang beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
• Faktor psikologis; rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare trutama pada anak yang besar
C. Klasifikasi Diare
Klasifikasi berdasarkan gejala
• Diare ringan: kehilangan sedikit faces tiap hari, tidak ada tanda penyakit lain
• Diare sedang : kehilangan banyak cairan, peningkatan suhu, muntah, rewel, iritable, tidak ada tanda dehidrasi
• Diare berat : pengeluaran faces banyak, tampak tanda dehidrasi, lemah , iritable, lethargi
D. Gejala
Cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang/ tidak ada, warna tinja berubah mjd hijau karena tercampur empedu, anus dan daerahnya lecet,dehidrasi, BB berkurang, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut tampak kering
E. Pencegahan
1. mengguanakan air yang higienis untuk keperluan sehari-hari
2. waspada terhadap makanan yang akan di berikan
3. minum air dan makanan yang di masak
4. mencuci tangan dan kuku sebelu memberikan makanan
5. menjaga kebersihan badan
6. buang air besar di tempatnya
F. Pembuatan LGG
• 1 sendok makan gula
• 1 pucuk sdt garam
• air matang hangat 200cc
• diaduk kemudian di minumkan setiap kali anak BAB
• membuat oralit juga sama penyediaannya

Kamis, 14 Agustus 2008

SHARING KURIKULUM KBK STIKES MUHAMADIYAH GOMBONG-PSIK UNDIP

Dalam 2 hari (14-15 Agustus 2008)di ruang Theater STIKES muhammadiyah gombong diadakan diskusi tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi. sebagai langkah peningkatan kualitas lulusan STIKES Muhammadiyah Gombong workshop ini diikuti oleh semua staf pengajar dan dipandu oleh tim KBK PSIK UNDIP.

PEDIATRIC NURSING TEAM STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

1. Nurlaila
2. Ning Iswaty
3. Isma Yuniar
4. Hastin Ika I
5. Romadoniah
6. Rasa Eni P

Selasa, 29 April 2008

CINTA UNTUK PERAWAT


“Impian dan cinta akan saling memberi satu dengan yang lainnya, serupa dengan apa yang dilakukan matahari ketika mendekati malam dan yang dilakukan bulan ketika mendekati pagi (Kahlil Gibran)”.

“Setiap dada tanpa kekasih adalah tubuh tanpa kepala, manusia yang jauh dari perangkat cinta adalah burung tanpa sayap.”

Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, Allah tidak akan menaruh cinta kasih-nya kecuali atas hati yang memiliki cinta kasih (kepada manusia). “Kanzul Ummal"

Khikmah: Apabila kita merawat dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan, niscaya hati akan nyaman dan segalanya menjadi ringan.

MEMBANGUN PERCAYA DIRI SAAT PRESENTASI


Perawat professional dituntut untuk dapat membagikan informasi kepada klien. Klien kita tidak selalu pasien perseorangan, keluarga, bahkan masyarakat luas adalah klien kita. Kemampuan komunikasi merupakan modal yang penting untuk dapat menjadi perawat professional yang handal. Presentasi adalah salah satu metode dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan dan menyebarluaskan informasi kesehatan. Grogi, malu, dan takut tidak selamanya menjadi hal yang negativ. Ketiga hal tersebut dapat menjadi cambuk motivasi agar kita lebih maju.

Berikut ini merupakan tips agar Anda dapat percaya diri dalam Presentasi:
1. Kuasai materi presentasi dengan baik
2. Pikirkan bahwa hidup Anda akan sangat berguna apabila Anda menyampaikan topik tersebut dalam presentasi.
3. Yakinlah bahwa Anda presentasi karena Anda yang paling tahu detil topic yang akan disampaikan.
4. Be Your Self
5. Jangan menanggap audiens dapat mengatasi masalah lebih baik daripada Anda
6. Yakinlah terhadap kebenaran informasi yang Anda sampaikan
7. Sebaiknya hindari pernyataan meminta maaf pada saat presentasi. Baik dari sisi konten yang anda bawakan maupun dari minimnya pengalaman anda pada saat presentasi.
8. Gunakan pakaian yang nyaman dan menunjang presentasi anda

Senin, 28 April 2008

Motivation Today

Saat salah satu pintu kebahagiaan tertutup,
Pintu yang lain terbuka.
seringkali kita terpaku begitu lama pada pintu yang tertutup
sehingga tak melihat pintu yang telah terbuka. (H KILLER)

Senin, 24 Maret 2008

SAAT-SAAT ANDA DI PUNCAK SUKSES:

• Anda bersahabat dengan masa lalu, terfokus pada masa sekarang dan optimis tentang masa depan

• Anda telah bersahabat dengan penderitaan dan kesusahan yang telah Anda alami dan telah dikasihani dan dihormati oleh mereka yang paling mengenal Anda.

• Anda dipenuhi dengan Iman, harapan dan kasih serta hidup tanpa amarah, ketamakan, rasa bersalah, iri hati, atau keinginan menuntut balas.

• Anda tahu bahwa kegagalan membela sesuatu yang benar secara moral adalah awal dari menjadi korban apa yang salah secara kriminal.

• Anda cukup matang untuk menunda kepuasan dan mengalihkan fokus dari hak Anda ke tanggung jawab Anda.

• Anda kasihi mereka yang tidak pantas dikasihi, dan memberi harapan pada mereka yang tidak memiliki harapan, bersahabat dengan mereka yang kesepian, serta memberi dorongan mereka yang putus asa.

• Anda tahu bahwa sukses tidak membuat Anda sombong dan kegagalan tidak membuat Anda hancur

• Anda berdamai dengan Tuhan maupun sesama

• Dengan jelas Anda pahami bahwa kegagalan adalah satu peristiwa, bukan seseorang, bahwa kemarin telah berakhir semalam dan hari ini adalah hari baru Anda

• Anda tahu bahwa “barang siapa ingin menjadi yang terbesar, ia harus menjadi pelayan semua orang”

• Anda bersikap menyenangkan pada yang pemarah, sopan pada yang kasar, dan murah hati pada yang kekurangan karena Anda tahu manfaat jangka panjang dari memberi

• Anda kenali, akui, kembangkan dan gunakan kemampuan fisik, mental, dan spiritual karunia Tuhan demi kemuliaan-Nya dan demi kebaikan umat manusia.

-Dikutip dari buku "Anda Bisa Meraih Puncak Sukses (You Can Reach The Top)-

Sabtu, 15 Maret 2008

SENAM SEBAGAI PENCEGAHAN SERANGAN ASMA

DEFINISI
• Asma disebut juga sebagai reactive airway disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan napas secara reversible yang ditandai dengan brochospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan napas terhadap berbagai stimulant (Asuhan Keperawatan pada Anak, h.7).
• Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas, inflamasi jalan napas, dan napas yamng hiperresponsif atau spasme otot polos bronchial (Keperawatan Pediatri, h.25).

ETIOLOGI
• Faktor ekstrinsik: reaksi antigen-antibodi, karena inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
• Faktor intrinsik; infeksi: para influenza virus, pneumonia, mycoplasmal.
• Faktor fisik; cuaca dingin, perubahan temperature.
• Iritan; bahan kimia.
• Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
• Emosional; takut, cemas, dan tegang.
• Aktivitas berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

MANIFESTASI KLINIK
• Bukti klinis obstruksi jalan napas
Obstruksi dapat terjadi secara bertahap atau akut, dan perkiraan keparahan eksaserbasi akut disebut ringan, sedang, dan berat.
• Dispnea
Klien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernapas. Kesulitan utama terletak pada ekspirasi yang lama, penggunaan otot-otot asesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor.
• Wheezing
• Mengi ekspirasi
Sewaktu pasien memaksakan udara keluar akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan cirri khas asma.
• Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan napas sempit.
• Ansietas, iritabilitas, sampai penurunan tingkat kesadaran.
• Sianosis
• Penurunan PaCO2 pada awalnya, akibat hiperventilasi kemudian naiknya PaCO2 saat obstruksi menghebat.

PATOFISIOLOGI
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan bahan iritasi atau allergen, otot-otot brokus menjadi spasme dan zat antibody tubuh (IgE) berikatan dengan allergen dan menyebabkan degranulasi sel mast dan pengeluaran histamine. Histamine menyebabkan konstriksi otot plos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan menungkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang interstitium paru. Respon asma terjadi dalam tiga tahap, yaitu tahap immediate yang ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana bronkokonstriksi dalam berulang dalam 4-6 jam dan terus-menrus 2-5 jam lebih lama, tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan. Anak yang mengalami asmamudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas, sehingga menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2 sehingga menjadi penurunan PO2 (hipoksia). Selama serangan asma, CO2 tertahan dengan menungkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi dan menyebabkan asidosis respiratori dan hiperkapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (takipnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (Hipokapnea).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
• Foto Thoraks
Menyingkirkan infeksi atau penyebab lain yang memperburuk status pernapasan.
• Pemeriksaan Fungsi Paru
Menurunnya tidal volume; kapasitas vital menurun, kapasitas bernapas maksimal juga menurun.
• Analisa Gas Darah
Khusus untuk kasus berat. Pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi); kemudian: penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratori).
• Jumlah Eusinofil
Meningkat dalam darah, sputum. Sputum eusinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominant pada bronchitis kronik. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan pasien asma.
• Pemeriksaan Alergi (radioallergosorbent;RAST).
• Pulse Oximetry.

PENATALAKSANAAN
Tujuan dari tindakan ini adalah manajemen yang tepat dengan kondisi anak hingga dapat mempertahankan gaya hidup yang optimal dan menunjukan perkembangan. Perawatan difokuskan pada pengurangan episode kejadian, meminimalkan proses inflamasi, penurunan jumlah hospitalisasi, mencegah factor presipitasi dan memfasilitasi tumbuh kembang normal.
Setiap tindakan disesuaikan dengan jenis asma yang diderita :
 Asma ringan pengobatan yang dilakukan saat ada serangan, bronkodilator dilakukan bila ada gejala.
 Asma sedang terapi bronkodilator 4X dalam sehari dan gunakan inhaled cromolyn sodium (Intal).
 Asma berat diberi terapi bronkodilator terus-menerus, regimen mungkin termasuk pemberian aerosol atau sistemik. Menggunakan oksigen nasal atau masker.

Pengaturan jarak inhaler yang direkomendasikan :
 Kocok MDI
 Tarik MDI 2 inchi dari mulut.
 Buang nafas secara komplit.
 Aktifkan MDI, mulai menarik nafas pelan-pelan.
 Pertahankan pernafasan selama 10 detik.
 Tunggu 10 menit untuk inhalasi selanjutnya.
Pemberian melalui cairan intravena jangan lebih dari 25 mg.

PENCEGAHAN SERANGAN ASMA PADA ANAK
Penanggulangan asma pada anak sekarang yang lebih penting bukan mengatasi serangan, tetapi terutama ditujukan untuk mencegah serangn asma. Anak yang menderita asma harus dapat hidup layak serta tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.
Pencegahan serangn asma terdiri atas :
1. Menghindari factor-faktor pencetus
Macam-macam pencetus asma :
 Alergen
Factor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan asma (William dkk, 1958; Ford, 1969). Disamping itu hiperreaktivitas saluran nafas juga merupakan factor yang penting. Bila tingkat hiperreaktivitas bronkus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit, dan sebaliknya jika tingkat hiperreaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma (Cockroft dkk, 1979).
Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alenergik sehingga berhubungan dengan umur. Pada bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di dalam rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil
 Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak kecil. Virus penyebabnya biasanya respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang dapat juga oleh baktri misalnya pertusis dan streptokokus beta hemolitikus, jamur misalnya aspergillus dan parasit misalnya askaris.
 Iritan
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara berbahaya lainnya, juga udara dingin dan air dingin (Boushey dkk, 1980). Iritasi hidung dan batuk sendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi (Mc. Fadden, 1980). Udara kering mungkin juga merupakan pencetus hiperventilasi dan kegiatan jasmani (Strauss dkk, 1978).
 Cuaca
Perubahan tekanan udara (Sultz dkk, 1972), perubahan suhu udara, angina dan kelembaban (Lopez & Salvagio, 1980) dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma.
 Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani yang berat misalnya berlari dan naik speda dapat menimbulkan serangan pada anak dengan asma (Godfrey, 1978; Eggleston, 1980). Juga tertawa dan mengangis dapat merupakan pencetus. Pada anak dengan faal paru di bawah normal sangat rentan trhadap kegiatan jasmani.
 Infeksi salurann pernafasan atas
Disamping infeksi virus saluran nafas bagian atas, sinusitis akut dan kronik dapat memudahkan terjadinya asma pada anak (Rachelesfsky dkk, 1978).
 Refluks gastroesofagus
Iritasi trakheobronkhial karena isi lambung dapat memberatkan asma pada anak dan orang dewasa (Dess, 1974).
 Psikik
Faktor psikik merupaka pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adnya perhatian dan/atau tidak mau mengakui persoalan yang ada yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri atau keluarganya akan memperlambat atau bahkan menggagalkan usaha-usaha pencegahan. Pembatasan aktivitas anak, seringnya anak tidak masuk sekolah, seringnya bangun malam, terganggunya irama kehidupan keluarga karena anak sering mendapat serangan asma, pengeluaran uang untuk biaya pengobatan dan rasa khawatir, dapat mempengaruhi anak asma dan keluarganya.

Hubungan antar faktor pencetus
Serangan asma sering timbul karena kerjasama berbagai pencetus. Pada anak dengan pencetus allergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan asma. Diduga infeksi virus memperkuat reaksi terhadap pencetus alenergik maupun non alenergik. Ada anak yang baru mendapat serangan asma bili berlari-lari saat hawa dingin atau berlari-lari setelah mendapat infeksi virus saluran napas bagian atas.

Cara menghindari faktor pencetus
Berbagai pencetus serangan asma dan cara menghindarinya perlu diketahui dan diajarkan pada anak dan keluarganya, debu rumah dan unsure di dalamnya merupakan pensetus yang sering dijumpai pada anak.
Debu rumah biasanya mengandung tepung sari rumput-rumputan, pohon, belukar sekitar rumah yang dibawa oleh angin masuk ke dalam rumah. Debu rumah juga mengandung serpih atau rontokan kulit bulu kita atau binatang piaraan, ludah binatang piaraan yang sudah kering, rontokan bahan pakaian, dekorasi rumah, dan rontokan kain meubel, ada juga hancuran kertas Koran, kertas rokok, tembakau, dan abunya. Debu rumah juga mengandung serangga yang sudah mati, bakteri, jamur, dan sisa-sisa makanan bulan-bulan lalu. Jadi jelas debu rumah mengandung banyak sekali allergen yang merupakan pencetus terjadinya serangan asma pada anak.
Dalam menghindari debu rumah, antara lain dengan mengusahakan kamar tidur anak dibuat seperti rumah sakit:
1. Kasur tempat tidurnya dimasukkan dalam kantong vinil dengan ritsluting sehingga apat membungkus seluruh kasur dan debu tidak dapat keluar dari bawah kasur. Demikian pula bantal dimasukkan ke dalam kantong vinil.
2. mencuci tirai dan selimut sekurang-kurangnya tiap 2 minggu, sprei dan sarung bantal lebuh sering dicuci, lemari serta rak dan laci dibersihkan dengan lap basah, dan hanya digunakan untuk menyimpan pakaian. Hindarkan aspa dan binatang piaraan jangan masuk kamar tidur.
Anggota keluarga yang menderita “flu” tidak boleh mendekati anak dengan asma atau kalau ekat anak yang asma lebih-lebih bicara, batuk atau besin perlu menutup mulut dan hidungnya. Hindarkan naka dari perubahan cuaca atau udara yang mendadak.
Olahraga atau main-main tidak dilarang bahkan dianjurkan tetapi diatu. Kebutuhan main-main seperti kejar-kejaran dan lain-lain sama pentungnya dengan kebutuhan makan dan minum yamg bergizi untuk tumbuh dan berkembangya secra optimal.
Jalan yang dapat ditempuh agar supaya anak tetap dapat bermain atau berolah raga adalah:
 Menambah toleransi secra bertahap, menghindarkan percepatan gerakan yang mendadak, mengalihkan , macam kegiatan misalnya dari lari, ke naik sepeda atau berenang.
 Bila mulai batuk-batuk, istirahat dulu sebentar, minum iar dan kemudian bila batuk-batuk sudah mereda kegiatan dimulai lagi.
 Ada beberapa anak yang memrluakn makan obat atau menghirup obat aerosol dulu beberapa waktu sebelum kegiatan olah raga.
2. Obat-obat pencegah serangan asma (preventers)
Obat-obat ini mencegah serangan asma dengan mencegah inflamasi dan pembengkakan selaput lender pada saluran napas. Obat ini tidak langsung menyebabkan hilangnya gejala asma karena memrlukan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan_bulan untuk mulai memperlihatkan manfaatnya. Oleh karena itu, obat ini harus digunakan setiap hari dan tidak bermanfaat pada waktu serangan asma telah terjadi.
Pemakainnya dianjurkan untuk penderita asma kronik yang gejalanya sangat menganggu dan penderita yang sering mendapat serangan asma berat. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan obat preventers sebagai berikut:
• Natrium kromolin (Intal)
• Ketotifen (zaditen, Astifen, dan Intifen)
• Kortikosteroid topical (Becotide, Inflamid, dan Pulmicort)
• Nedokromil (Tilade)
• Antileukotrin (Accolate dan Zileuton)
• Suntikan allergen (Laprin)
Terapi imunologik tidak dianjurkan sebagai tindakan rutin tetapi tindakan ini salah satu tugasnya membentuk antibody penghalang. Hal ini perlu dipertimbangkan bila tindakan-tindakan lainnya telah diusahaklan semaksimal mungkin dan tidak memberikan hasil.

3. Senam Asma
Sebagai salah satu upaya untuk pengobatan dan pencegahan asma penderita asma dianjurkan untuk mengikuti senam asma. Agar senam yang dilakukan efektif, lakukan senam 3-4 kali dalam seminggu sekitar 30 menit. Senam akan memberikan hasil jika dilakukan sdiknya 6-8 minggu.
Manfaat yang diperoleh penderita asma yang melakukan senam asma, yaitu:
1. Otot pernapasan menjadi kuat, lentur, dan terlatih.
2. Dapat bernapas yang benar jika terjadi serangan asma.
3. Mudah batuk dan ekspektorasi (mengeluarkan lendir).
4. Mudah mengatasi serangan asma.
5. Aktivitas fisik maksimal.
6. Kualitas hidup lebih baik.
Efek samping yang timbul dapat berupa serangan asma bertambah berat atau timbulnya serangan pneumotoraks (kempes paru). Oleh karena itu, beberapa hal harus diperhatikan sebelum melakukan senam asma, yaitu:
1. Tidak dalam seranganasma.
2. Tidak dalam serangan gagal jantung.
3. Tidak dalam kondisi kesehatan yang menurun (flu, kurang tidur, baru sembuh dari sakit, dan lain-lain).
Gerakan-gerakan dalam senam asma dilakukan dengan posisi tubuh berdiri, mengoptimalkan gerakan tangan dan kai yang divariasikan dengan gerakan kepala. Yang penting juga diperhatikan, lakukan senam asma sesuai batas kemampuan anak. Tujuan utama gerakan-gerakan dalam senam asma adlaha untuk melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernapasan, melatih ekspektorasi (pengeluaran lender) yang efektif, meningkatkan sirkulasi (aliran darah), dan mempetahankan agar asma tetap tekontrol.
Berikut beberapa gerakan senam asma yang dapat dilakukan di rumah:
A. Posisi Doa
Berdiri tegak dengan tangan lurus di samping badan (sikap sempurna), lalu tundukkan kepala.
B. Gerakan Pemansan
1. Berdiri tegak lalu lakukan jalan ditempat dengan mengangkat kaki minimum 20 cm dari lantai sambil melenggangkan tangan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
2. Berdiri tegak, lalu lakukan gerakan lari di tempat sambil mengayunkan lengan dengan posisi kedua siku menekuk. Lakukan sampai 3 x 8 hitungan.
3. Berdiri tegak, lalu lakukan kembali gerakan jalan di tenpat sampai 3 x 8 hitungan.
4. Letakkan kedua tangan di pinggang. Tundukkan kepala, kemudian tegakkan kembali. Lakukan gerakan menunduk dan menegakkan kepala ini bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
5. Letakkan kedua tangan di pinggang. Palingkan muka ke kanan, kembali lurus ke depan, kemudian palingkan ke kiri dan kembali lurus ke depan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
6. Letakkan kedua tangan di pinggang, miringkan kepala ke kanan kemudian kembali tegak. Selanjutnya miringkan kepala ke kiri dan kembali tegak. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
7. Letakkan tangan lurus di samping tubuh, kaki dibuka selebar bahu. Ayunkan tangan kanan lurus ke atas sehingga telapaknya menghadap ke arah badan dan ayunkan tangan kiri ke belakang dengan telapak menghadap ke belakang. Lakukan hal tersebut pada hitungan 1-4, lalu lakukan gerakan sebaliknya pada hitungan 5-8. Lakukan gerakan-gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
8. Letakan kedua tangan di bahu, buka kaki selebar bahu. Pada hitungan 1-4 putar bahu ke depan, seperti putaran roda. Lakuakn gerakan sebaliknya pada hitungan 5-8. Lakukan di atas bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
9. Posisikan kedua tangan lurus di samping badan, buka kaki selebar bahu. Tepukkan tangan di atas kepala, lalu kembali ke posisi semula sambil menepuk paha samping luar. Lakukan gerakan trsebut berulang sampai 3 x 8 hitungan.
10. Posisikan kedua tangan di pinggang, buka kaki selebar bahu. Putar pinggul searah jarum jam pada hitungan 1-4. Pada hitingan 5-8, putar pinggul berlawanan dengan arah jarum jam. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
11. Rapatkan kedua kaki, lalu letakkan kedua tangan di pinggang. Hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke depan dengan posisi sendi pergelangan kaki 900 secara bergantian. Selanjutnya, hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke arah samping (secara bergantian). Terakhir, hentakkan ke arah belakang (secara bergantian). Lakukan gerakan tersebut masing-masing 1 x 8 hitungan.
12. Lakukan kembali jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan.
13. Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus di samping badan, lalu angkat kedua tangan ke atas sambil menarik napas sampai hitungan 2. Pada hitungan 3-8, turunkan kedua tangan sambil menghembuskan napas. Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
C. Gerakan Peregangan
1. Buka kaki selebar bahu. Luruskan tangan kanan ke depan, sedangkan tangan kiri memegang siku tangan kanan, lalu tarik siku tangan kanan ke arah tangan kiri sampai tangan kanan menyentuh dada. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4. Pada hitungan 5-8 kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan memegang siku tangan kiri).
2. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan kanan ke atas sampai tangan rileks di belakang kepala, kemudian pegang sikunya dengan tangan kiri. Tarik siku tangan kanan ke belakang pada hitungan 1, lalu tahan mulai hitungan 2-4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan, pada hitungan 5-8. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan memegang siku tangan kiri).
3. Buka kaki selebar bahu, lalu jalin kedua tangan di belakang badan. Pada hitungan ke 1, angkat kedua tangan keatas sambil mengempiskan perut. Selanjutnya, tahan gerakan tersebut sampai hitungan ke-4. Kembalikan secara perlahan-lahan pada posisi awal mulai hitungan 5-8.
4. Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada sampai ujung jari keduanya beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh bagian atas ke kanan tetapi panggul dan wajah tetap menghadap ke depan. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke-4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada hitungan 5-8. Lakukan gerakan seperti di atas untuk arah yang berlawanan.
5. Buka kaki agak lebar, kedua tangan lurus di samping badan. Pada hitungan 1, dorong tangan kanan ke atas sambil memiringkan badan. Tekuk lutut kaki kiri dan tangan kiri menumpu pada paha kiri. Tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada hitungan 5-8.
6. Berdiri dengan kaki rapat, kedua lengan lurus di samping badan. Pada hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumit menempel pada lantai. Kedua tangan bertumpu pada paha kanan, kemudian rendahkan badan sambil tekuk lutut kiri dan sendi panggul kanan (badan dan kepala tetap lurus). Tahan gerakan tersebut pada hitungan 2-4. Pada hitungan 5-8, perlahan-lahan kembalikan pada posisi sikap awal.
7. Kedua kaki rapat dan tangan lurus di samping badan. Pada hitungan 1, tekuk lutut kanan ke belakang sampai maksimal. Pegang pergelangan tangan kaki kanan dengan tangan kiri, lalu tarik ke belakang. Selanjutnya, rentangkan tangan kanan ke samping. Pada hitungan 2-4 tahan gerakan tersebut. Secara perlahan-lahan kembalikan ke posisi awal pada hitungan 5-8. Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (tangan kanan memegang kaki kiri).
8. Berdiri dengan kedua kaki rapat dan kedua tangan lurus di samping tubuh. Pada hitungan 1, tarik tungkai kanan ke depan sampai lutut kanan menekuk. Selanjutnya, rendahkan badan dengan kedua tangan bertumpu pada paha kanan (badan dan kepala tetap lurus). Tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap awal secra perlahan-lahan pada hitungan 5-8, lalu lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.
D. Gerakan Inti A
Pada prisipnya setiap gerakan pada gerakan inti A selalu didikuti dengan menarik dan mengeluarkan naps dalam. Gerakan menarik napas dilakukan melalui hidung, lalu napas dikeluarkan melalui mulut, seperti orang yang meniup lilin. Waktu yang diperlukan untuk menarik napas lebih pendek daripada untuk mengeluarkan napas. Berikut ini gerakan-gerakan yang dilakukan pada gerakan inti A.
1. Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan tangan di pinggang. Pada hitungan 1, tegakkan kepala dan busungkan dada. Selanjutnya, tudukkan kepala pada hitungan 2-4. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
2. Tangan masih di atas pinggang dan kaki dibuka selebar bahu. Palingkan muka ke kanan pada hitungan 1, lalu pada hitungan 2 arahkan kembali muka ke depan dan tahan sampai hitungan 4. Pada hitungan 5 palingkan mula kekiri, lalu pada hitungan 6-8 arahkan kembali ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
3. Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus di sampaing tubuh. Pada hitungan 1, angkat bahu kanan, lalu turunkan kembali pada hitungan 2-4. Lakukan hal yang sama untuk bahu kiri. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
4. Rapatkan kedua kaki dan tangan lurus di samping tubuh. Putar bahu kebelakang denagn siku sedikit tertekuk pada hitungan 1-3, lalu hentakkan kedua tangan ke belakang pada hitungan 4. Pada hitungan 5-7, putar kembali bahu ke depan, lalu pada hitungan 8 hentakkan tangan ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian smpai 3 x 8 hitungan.
5. Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus di samping tubuh. Pada hitungan 1, angkat kedua tangan ke atas sejajar telinga hingga membentuk huruf v. Pada hitungan 2-4 kembalikan tangan pada posisi semula. Lakukan gerakan tersebut sampai 3 x 8 hitungan.
6. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke depan setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke depan. Tarik kedua tangan ke belakang pada hitungan 1 sambil menekuk lutut dan tangan di kepalkan. Pada hitungan 2-4 kembali ke posisi semula dengan posisi tangan seperti mendorong. Lakukan gerakan di atas sampai 3 x 8 hitungan.
7. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke depan setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke depan. Pada hitungan 1, gerakan tangan kanan ke arah samping, lalu pada hitungan 2-4 kembalikan ke posisi semula. Lakukan hal yang sama untuk tangan kiri dan lakukan bergantian sampai 3 x 8 hitungan.
E. Gerakan Inti B
1. Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan kedua tangan pada bahu. Luruskan yangan kanan ke atas, lau turunkan kembali. Selanjutnya, luruskan pula tangan kiri ke atas dan turunkan kembali. Lakukan gerakan-gerakan ini bergantian sampai 4 x 8 hitungan.
2. Letakkan kedua tangan lurus di samping tubuh. Lemparkan tangan kanan ke depan atas dan tangan kiri ke belakang, lalu lakukan gerakan sebaliknya sehingga tangan kiri yang diatas dan tangan kanan yang mengayun ke belakang. Lakukan sampai 4 x 8 hitungan.
3. Buka kaki selebar bahu, lalu posisikan kedua tangan yang sikunya menekuk 900 di samping tubuh. Dorong kedua tangan lurus ke atas sampai menyerong tubuh ke kanan, lalu tarik posisi tangan ke posisi semula. Dorong kembali kedua tangan sambil menyerongkan tubuh kekiri. Lakukan gerakan trsebut masing-masing 1 x 8 hitungan.
4. Lakukan jalan di tempat sebanyak 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai 3 x 8 hitungan.
5. Buka kaki selebar bahu dan letakkan kedua tanan lurus ke samping tubuh. Silangkan kedua tangan di depan tubuh, hentakkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menyentuh lantai sambil merendahkan badan. Selanjutnya, kembali ke posisi tegak sambil tangan direntangkan. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki kiri, lakukan bergantian kanan dan kiri sampai 4 x 8 hitungan.
6. Rapatkan kedua kaki sambil menyilangkan tangan kanan di atas tangan kiri di depan dada. Rentangkan kedua tangan ke samping tubuh sambil melemparkan tungkai kaki kanan ke samping, lalu kembali ke posisi semula. Lakukan hal yang sama untuk kaki kiri secara bergantian hingga 4 x 8 hitungan.
7. Rapatkan kedua kaki, lalu silangkan kedua tangan di depan dada dengan posisi tengan kanan di atas tangan kiri. Rentangkan kedua tangan ke samping, seperti berenang dengan gaya katak, lalu serongkan kaki kanan ke samping. Kembalikan seperti posisi semula dan lakukan gerakan yang sama dengan arah yang berlawanan berganti-ganti sampai 4 x 8 hitungan.
8. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai 3 x 8 hitungan.
9. Berdiri dengan kedua kaki rapat, lalu angkat kedua tangan ke atas dengan posisi siku menekuk 900. Gerakan kedua tangan tersebut ke depan dan angkat kaki kanan sampai panggul menekuk membentuk sudut 900, lalu kembali ke posisi awal. Lakukan pula gerakan yang sama untuk kaki kiri. Lakukan secara bergantian sampai 4 x 8 hitungan.
10. Buka kedua kaki agak lebar, lalu rentangkan kedua tangan lurus ke samping. Dorong tangan kiri kea rah kanan, sedangkan tangan kanan menyentuh lutut kiri yang agak ditekuk. Lakukan pula gerakan yang sama dengan arah berlawanan secara bergantian sampai 4 x 8 hitungan.
11. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napas sampai 3 x 8 hitungan.
F. Gerakan Aerobik
1. Sambil berlari di tempat, luruskan kedua tangan ke depan, lalu kembalikan ke pundak. Selanjutnya, ulurkan kedua tangan ke samping dan kembalikan ke pundak. Lakukan gerakan tersbut bergantian sampai 2 x 8 hitungan, setiap hitungan jatuh pada kaki kanan.
2. Selingi dengan jalan di tempat sampai 2 x 8 hitungan, kemudian lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik napsa sampai 3 x 8 hitungan.
3. Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke depan sehingga salah satu kaki terlempar ke belakang dan lutut kaki yang lain dalam posisi lurus. Pandangan mata ke bawah dan kedua tangan bebas bergerak mengikuti irama berlari. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki yang lain secara bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
4. Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke belakang sehingga salah satu kaki terlempar ke depan dan lutut kaki yang lain dalam posisi lurus. Kedua tangan bebas bergerak dan pandangan ke atas. Lakukan gerakan ini sampai 2 x 8 hitungan.
5. Lakukan lari ditempat dengan posisi tubuh tegak sambil melemparkan kedua kaki ke samping kanan dan kaki kiri bergantian. Kedua tangan bebas mengikuti irama berlari. Lakukan gerakan ini bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
6. Lakukan lari ditempat dengan posisi tubuh tegak sambil melemparkan kaki kanan agak serong ke kiri dan kaki kiri dilemparkan agak serong kanan. Lakukan gerakan ini bergantian sampai 2 x 8 hitungan.
7. Berdiri dengan kedua kaki agak rapat, lalu letakkan kedua tangan di atas pundak. Jatuhkan kaki kanan satu langkah ke samping dengan kedua tangan lurus ke samping setinggi bahu, lalu gerakan kaki kiri mengikuti langkah kaki kanan sambil kedua tangan kembali ke pundak. Jatuhkan kaki kiri satu langkah ke samping dengan kedua tangan diangkat lurus ke samping, lalu gerakan kaki kanan mengikuti sambil meletakkan tangan kembali hingga ke posisi awal. Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.
G. Gerakan Pendinginan (cooling down)
1. Berdiri tegak dengan kaki dibuka selebar bahu, lau jalin kedua tangan di belakang kepala. Tekan kepala ke belakang pada hitungan 1, lalu tahan dengan kedua tangan pada hitungan 2-4. Pada hitungan 5-8, kembalikan ke posisi semula secara perlahan.
2. Buka kaki selebar bahu, lalu topang dagu dengan tangan kanan, tangan kiri diletakkan di samping tubuh. Dorong dagu kekiri dengan tangan kanan pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.
3. Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke depan dengan tangan kiri memegang siku kanan. Dorong siku kanan dengan tanagn kiri sampai menyentuh dada pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.
4. Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke atas rileks di belakang kepala dan sikunya dipegang oleh tangan kiri. Pada hitungan 1, tarik siku kanan kebelakang dan tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.
5. buka kai selebar bahu, lalu lipat kedua angan di depan dada hingga jari-jarinya beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh ke kanan dengan panggul dan wajah tetap menghadap ke depan, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlehan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah berlawanan.berdiri dengan kedua kaki rapat, laluletakkan keduatangan lurus di samping. Pada hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menempel pada lantai. Rendahkan badan sambil menekuk lutut kiri dan sndi panggul kanan, kedua tangan bertumpu pada paha kanan. Tahan samapai hitungan 4 dengan posisi tubuh dan kepala tetap lurus. Pada hitungan 5-8, krmbalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama demngan arah berlawanan.
6. buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua tangan diatas perut. Pada hitungan 1, tarik napas sambil menggembungkan otot perut. Selanjutnya, hembuskan napas pada hitungan 2-4 sambil mengecilkan perut yang dibantu dengan takanan kedua tangan. Hitungan ke-5, tarik napas kembali sama seperti gerakan sebelumnya, lalu hembuskan kembali. Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.
7. buka kaki selebar bahu, lalu luruskan kedua tangan ke depan setinggi bahu. Turunkan badan dengan menekuk lutut sedikait pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. pada hitungan 5-8, kembaliakn secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.
8. buka kaki selebar bahu dengan kedua tangan lurus kesamping tubuh. Tarik napas pada hitungan 1, lalu tahan pada hitungan 2-4. pada hitungan 5, hembuskan napas keluar sambil menepuk paha bagian samping terik napas kembali, lalu tahan sepeti gerakan sebelumnya, kemudian keluarkan napas sambil menepuk dada bagian smping. Terakhir, dorong kedua lengan ke depan sambil menghembuskan napas. Selanjutnya, lakukan kembali posisi doa.


DAFTAR PUSTAKA

1. Abidin, M. Angela C. M. Nusatya. 2002. Mengenal, mencegah, dan mengatasi asma pada anak plus panduan senam asma. Cetakan 1. Jakarta: Puspa Swara

2. Balai penerbit FK UI. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Jakarta : Gaya Baru

3. Behrman, Richard E. 1988. Ilmu kesehaan anak: Nelson (Nelson: textbook of pediatrics). Bagian 2. Jakarta: EGC

4. Betz, Cecilyl. 2002. Buku saku keperawatan pediatric. Jakarta:EGC

5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 1985. Buku kuliah dan ilmu kesehatan anak 3. Jakarta: Bagian kesehatan anak FK UI

6. Suriadi dan Yuliani. 2001. Askep pada anak. Edisi:1. Jakarta: CV Sagung Seto

7. Harjaningrum, Agnes Tri. Tujuh jurus ampuh mengatasi asma. Jakarta: Pikiran Rakyat Cyber Media. 2002

8. Djauzi, Samsuridjal. Serangan asma berat. 28 oktober 2001. http;//www.google .com

Rabu, 12 Maret 2008

PENGUMUMAN

HASIL TUGAS ASKEP KELUARGA KELAS KERJASAMA BPRSUD-KEBUMEN

MAHASISWA YANG HASIL ASKEPNYA SAMA:
1 0500825
2 0500833 --> ASKEP SAMA
3 0500841

1 0500830 --> ASKEP SAMA
2 0500847

1. 0500826 --> ASKEP SAMA
2. 0500834

MAHASISWA YANG BELUM MENGUMPULKAN ASKEP INDIVIDU:
1. 0500818
2. 0500829
3. 0500850
4. 0500851
5. 0500831
6. 0500855
7. 0500860

* Bagi mahasiswa yang tersebut diatas harap segera melengkapi atau menghubungi dosen Ybs (bisa melalui email --> lihat profil lengkap)

* Bagi mahasiswa yang tidak tersebut diatas dapat mengambil hasil ASKEP Keluarga di kampus STIKES Muhammadiyah Gombong pada dosen ybs pada jam kerja.

Senin, 10 Maret 2008

SURAT UNTUK PERAWATKU

Dari Pasienmu

32 tahun kini sudah usiamu
suka duka sudah kau alami dalam mengarungi profesimu
meski kadang baju kerjamu sudah tidak putih seperti dulu
namun aku yakin hatimu tetap seputih salju
menjaga dan merawat untuk kesembuhan penyakitku

Tapi aku tahu…dihari ultahmu ini engkau sedang gundah
sedih, bingung, penuh keraguan bahkan ada yang susah dan gelisah
senyummu tak lagi indah….
kerjamu selalu diliputi rasa bersalah….

Tapi perawatku…janganlah gulana engkau pelihara
tulisan bijak menjadi wacana
buatlah profesimu menjadi profesi yang mempesona
tunjukkan bahwa kepedulianmu bisa menjadi idola
dibalik baju putihmu tersimpan sejuta kasih dan doa
sebagai pengobat dan kesembuhan umat manusia

Selamat ulang tahun perawtku….
jangan kau padamkan semangat Naigtingale
jangan takut…paienmu siap mendukung dibelakangmu
karena sekarang penyakit hipertensiku sudah sembuh berkat ketulusan hatimu
Dan indahnya senyummu…. Terima kasih


Tertanda
PASIENMU

Selasa, 26 Februari 2008

PENATALAKSANAAN HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN FOTOTERAPI

METABOLISME BILIRUBIN
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati.
Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site). Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis

KONSEP DASAR

Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
1.Timbul pada hari kedua-ketiga
2.Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
4.Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
5.Ikterus hilang pada 10 hari pertama
6.Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemi
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

CARA KERJA
1. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.
2. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi.
3. Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu.
4. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia.
5. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu
6. Dari empedu kemudian diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
7. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
8. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.

KRITERIA ALAT
1. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
2. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
3. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
4. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes .

PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI
Persiapan Unit Terapi sinar
1. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga suhu di bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C.
2. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
3. Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering):
a. Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.
b. Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun tabung masih bisa berfungsi.
4. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar
1. Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.
a. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.
b. Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.
2. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip.
3. Balikkan bayi setiap 3 jam
4. Pastikan bayi diberi makan:
5. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum, paling kurang setiap 3 jam:
6. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata
7. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
8. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah), tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari selama bayi masih diterapi sinar .
9. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar .
10. Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus.
11. Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan:
12. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar .
13. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)
14. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C - 37,5 0C.
15. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:
16. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 13mg/dL
17. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar, persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
18. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
19. Setelah terapi sinar dihentikan:
20. Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis.
21. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar.
22. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
23. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Kekurangan volume cairan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan yang berlebihan (penguapan)
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan terpajan lingkungan panas (jangka panjang)
3. Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan
4. Resiko gangguan pelekatan orang tua/anak b.d bayi/anak sakit tidak mampu mengawali kontak dengan orang tua secara efektif

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx keperawatan à Resiko Kekurangan volume cairan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan yang berlebihan (penguapan)
2. Tujuan: defisit volume cairan akan dicegah dibuktikan dengan status hidrasi adekuat, asupan cairan adekuat.
3. Intervensi
a. Pantau TTV setiap 4 jam
b. Peningkatan asupan cairan melalui oral sebanyak 10%
c. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI tiap 3 jam
d. Hitung balance cairan
e. Kolaborasi pemberian terapi intra vena

PRINSIP AMBULASI UNTUK PASIEN

Mekanik tubuh penting bagiperawat dan klien. Hal ini mempengaruhi kondisi kesehatan mereka. Mekanik tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan. Gaya berat dan friksi dapat mempengaruhi gerak tubuh. Jika digunakan dengan benar kekuatan ini dpaat meningkatkan efisiensi kerja perawat

PRINSIP-PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH PERAWAT DALAM MEMBANTU PASIEN EMBULASI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk bantuan yang adekuat. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi
2. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
3. Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir
4. Fleksikan lutut, buat kakai tetap lebar
5. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
6. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
7. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
8. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
9. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin seseorang dengan menghitung sampai tiga

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

BODY ALIGNMENT
Susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignmen baik akan meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian otot, tendon, ligamen.
Postur tubuh seseorang adalah salah satu hal yang harus dikaji untuk melihat.
- Status kesehatan
- Fisikal fitness
- Daya tarik seseorang.

Postur tubuh dapat menunjukkan:
- perasaan hati
- Harga diri
- Kepribadian.

Prinsip-prinsip body alignment
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of support.
2. The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan keseimbangan lebih besar.
3. Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
4. The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubaan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6. Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri kelelahan otot dan kontraktur.
7. Karena struktur enatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara individual dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8. Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament ketika body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-hati.

Faktor yang mempengaruhi Body Alignmnet:
1. Status kesehatan
2. Nutrisi
3. Emosi
4. Faktor social
5. Gaya hidup (life style)
6. Perilaku dan nilai-nilai
7. Hidrasi pasien

Petunjuk Posisi Pasien di tempat tidur
1. Yakin bahwa kasur pas untuk pasien tidak terlalu keras/lembut dan dapat menyokong body curvature
2. Menjamin body alignment yang baik mencegah stress pada otot-otot dan persendian pasien. Dapat dicapai dengan menggunakan support devices pada daerah yang perlu disupport.
3. tidak semua pasien memerlukan support identik
4. Rencanakan jadwal yang sistematik untuk perubaan posisi selama 24 jam.
5. Memberikan support devices untuk daerah-daerah yang tertekan
6. yakin bahwa dasar dari temtat tidur bersih, kering dan licin.
7. Yakin bahwa bagian ekstremitas dapat bergerak bebas.
8. Yakin bahwa sikut, pinggul dan lutut sedikit fleksi untuk mempertahankan body alignment.
9. Support natural body curvature tubuh baik.
10. Hindari meletakan sala satu bagian tubu terutama dengan body prominincis, langsung pada bagian atas yang lainnya.
11. Mencegah penekanan yang berlebian pada permukaan poplitea untuk mencegah gangguan pada nervus dan pembuluh darah disekitar itu.
12. Menggunakan support devices untuk mempertahankan alignment.
13. Sebelum merubah posisi pasien kaji kemampuan pasien untuk bergerak dan minta bantuan orang lain jika diperlukan.
14. Melakukan latihan ROM
15. Membuat jadwal perhari untuk latihan, ekstensi untuk mencegah fleksi.
16. Gunakan metoda yang sesuai untuk menggerakkan ekstremitas pasien.
17. Selalu memberikan informasi sebelum melakukan prosedur.

Body Alignment yang baik dapat:
• Meningkatkan fungsi tangan yang baik
• Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
• Mengurangi kelelahan
• Memperlyas ekspansi paru
• Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal

Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment
1. Gravity
• Gravity adalah atraksi timbale balik antara tubuh dan bumi.
• Pusat gravity: titik pusat seluruh massa dari suatu objek.
• The line of gravity: imaginary garis vertical melalui pusat gravity suatu objek.
• The base of support: fondasi dimana seseorang sedang istirahat.
2. Pontural reflek dan Apposing Muscles Group.
Action dari otot postural yang terus menerus menyokong seseorang pada posisi tegak melawan gravity.
• Otot ekstensor: otot-otot anti gravity.
• Kontraksi otot-otot menyokong posisi tegak disebut postural tonus.
• Numorous postural/Righting reflek merangsang dan mempertahankan postural tonus adalah:
a. Labyrithing sense
b. Tonicneel-righting reflex.
c. Actual oroptic reflex
d. Propoceptor or kinesthetic sense.
e. Extensor or anti gravity (stretum) reflex
f. Plantar reflex.
3. Perubahan postur
4. Struktur anatomy individu yang berbeda.

PENGKAJIAN
• Pengkajian body alignment meliputi inspeksi pasien pada saat berdiri, duduk atau tiduran.
• Perawat juga harus memeprtimbangkan factor perkembangan dan faktor lain yang mempengaruhi body alignment.
• Mereview catatan lesehatan pasien untuk menentukan masalah keperawatan dan medis baik yang lalu maupun yang sekarang.

Tujuan dari pengkajian Body Alignment adalah:1. Menentukan perubahan normal akibat dari tumbang
2. Mengidentifikasi postur tubuh yang jelek.
3. Mempelajari kebutuhan untuk mempertahankan postur tubu ang baik.
4. Mengidentifikasi kelemahan otot dan kerusakan motorik lainnya.

Kriteria mengkaji alignment pada saat berdiri:
Perawat harus memangdang pasien dari enterior, lateral, dan posterior sehingga posisi yang tidak dialami/biasa atau kaku dapat dihindari.

Kriteria mengkaji alignment pada saat duduk
Untuk mengkaji alignment pada saat duduk perawat memandang pasien dari arah lateral pada pasien orang dewasa alignment pada saat duduk kepala dan panggul sama dengan posisi berdiri.

PERENCANAAN
Tujuan:
1. Mempertaankan body alignment yang baik
2. Pada individu yang mempunyai body alignment yang jelek:
a. Memperbaiki body alignment pada tingkat yang optimal
b. Mencegah kontraktur, memperluas ekspansi dada serta mencegah terjadinya komplikasi aibat body alignment yang jelek.

INTERVENSI
Untuk masalah standing alignment:
• Jika kontraktur fleksi pada spina servikal: cegah kontraktur yang lebi lanjut lurangi kontraktur yang ada
• Jika tidak mengalami kontraktur: cegah jangan sampai terjadi ontraktur
• Kondosis
• Latihan mengempeskan perut
• Latihan menguatkan dan menyokong otot-otot tulang belakang yang menyokong spina lumbaris dan otot-otot abdomen

Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik:
• Berjalan
• Berenang

Intervensi Untuk masalah pada sitting alignment:
• Duduk dikursi
• Duduk dikursi roda
• Duduk disamping tempat tidur mempengaruhi tulang belakang dan ekstremitas atas berhubungan dengan ukuran dan bentuk objek yang digunakan

Tempat duduk dan sandaran kursi harus aps utuk individu tersebut:
• Tempat duduk tidak terlalu tinggi
• Tempat duduk tidak terlalu rendah
• Sandaran kursi tidak terlalu jauh

EVALUASI
Body alignment dapat dengan mudah diobservasi dengan cara:
1. berdiri didepan pasien untuk mengevaluasi frontal plane pada saat berdiri dan duduk.
2. berdiri secara lateral untuk memandang sagital plane.
3. Menanyakan kepada pasien apakah merasa nyaman dengan posisi yang diambil

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cedera b.d standing alignment dan sitting alignment yang jelek
2. Ganguan mobilitas fisik b.d kontraktur
3. Nyeri b.d cedera fisik.

PEMBUATAN BUBUR TEMPE

MEMBUAT BUBUR TEMPE

Pengertian :Membuat bubur dengan bahan dasar tempe
Indikasi :Diberikan pada anak diare
Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan criteria :
a. Makanan mudah dicerna
b. Mudah diabsorbsi
c. Angka kecukupan gizi E: 179.2 kal, P : 6.54 gr, L: 6.175 gr, Kl : 25.21 gr, FE : 3.13 gr
d. Mudah diperoleh
e. Mudah diolah
f. Biaya murah
Petugas :Ahli Gizi dan Perawat

Persiapan pasien
Kaji status nutrisi pasien meliputi :
a. Pengukuran antropometric
b. Data biokimiawi ( data laboratorium )
c. Tanda – tanda klinis status nutrisi
d. Riwayat diet


Persiapan alat
Alat penghalus ( missal blender )
Kompor
Alat pengukus ( missal dandang )
Panci
Mangkok
Sendok
Persiapan bahan Tepung beras : 15 gr
Tempe 3 gr
Mentega/minyak sayur/minyak kedelai : 5 gr
Gula pasir 10 gr
Garam secukupnya

Prosedur
1. Tempe dikukus / direbus, kemudian dihaluskan dengan blender
2. Tepung beras, gula, mentega / minyak, air, dimasukkan jadi satu ke dalam panci dan dibuat bubur
3. Tempe yang sudah halus dicampur ke dalam adonan nomor 2 kemudian diaduk sampai masak
4. Siap dihidangkan

Sumber Pedoman Pelaksanaan Administrasi dan Managemen Instalasi Gizi RSU Muntilan Kab. Dati II Magelang , 1997

IMUNISASI PADA ANAK

IMUNISASI PADA ANAK

PENDAHULUAN
Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama, budaya, pembiasaan dispiplin yang konsisten, serta upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.

PENGERTIAN
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memebrikan imunitas (kekebalan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan imunisasi:
tanyakan pada orang tua tentaang:
a. status kesehatan sat ini
b. pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
c. penyakit sekarang dan masa lalu
jelaskan pada orang tua tentang penyakit yang dpat dicegah dngan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu.
catatan imunisasi yang lalu
pemberian imunisasi harus didasari oleh adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit
kontraindikasi pemberian imunisasia:
a. Flu berat atau panas tinggi
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c. Sedang dalam pemberian obat-obatan yang menekan system imn (sitostatika, tranfusi darah, dan immunoglobulin)
d. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis.
Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :
a. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas tinggi.
b. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
c. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
d. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.

JENIS IMUNITAS
1. Imunitas Aktif
Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus yang menghasilkan antibody dan kekebalan seluler, biasanya bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif
Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu:
a. Kekebalan aktif didapat
Yaitu kekebalan yang didapat secara alami (naturally acquired). Misalnya anak yang terkena difteri tau poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut.
b. Kekebalan aktif dibuat
Yaitu kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (kuman yang masih hidup namun dilemahkan). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan system kekebalan tubuh untuk menghasilkan respon imun. Hasil yang diproduksi akan sama dengan kekebalan seseorang yang mendapat penyakit btersebut secara alamiah.
2. Imunitas Pasif
Imunitas pasif adalah pemberian antibody yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi pelindungan terhadap penyakit infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang setelah beberapa minggu atau bulan.
Kekebalan pasif menurut terbentuknya:
a. Kekebalan pasif bawaan (passive congenital)
b. Pasif didapat (Passive Acquired)
Kekebalan pasif menurut lokalisasi dalam tubuh:
a. Imunitas humoral
Terdapat dalam imunoglobulin (Ig)
b. Imunitas seluler
Imunitas seluelr terdiri atas fagositosis oleh sel-sel retikuloendotelial.

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
1. TBC (TUBERCULOSIS)
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini "berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
2. DIFTERI
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
3. PERTUSIS
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
4. TETANUS
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.
Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
5. POLIO
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
6. CAMPAK
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih
7. HEPATITIS
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
8. INFLUENZA
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
9. DEMAM TIFOID
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian


KEADAAN-KEADAAN YANG TIMBUL SETELAH IMUNISASI
Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini:
1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 - 10 hari setelah penyuntikan.

PERAWATAN YANG DIBERIKAN SETELAH IMUNISASI
1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke puskesmas;
2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kempres dingin.
3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.